Chandra Asri Hadirkan Listrik yang Lebih Hijau dengan Solar Panel

blog_10

EKONOMI & BISNIS

Aug 24 2025, 11.16

Transportasi berkelanjutan dan inklusif menjadi kebutuhan bersama, terlebih bagi kawasan perkotaan. Isu ini tak sebatas mewujudkan mobilitas yang rendah emisi tetapi juga menyediakan energi bersih.

Salah pelaku industri yang mendukung penyediaan energi bersih adalah Grup Barito Pacific. Sebagai bagian dari komitmen Grup Barito Pacific dalam mendukung transisi energi, anak usaha Barito Pacific, Chandra Asri Group, turut berperan dalam penyediaan energi bersih. Salah satu pilar usaha Chandra Asri adalah sektor energi terbarukan, termasuk pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).

Salah satu pilar usaha Chandra Asri merupakan penghasil energi terbarukan seperti pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). 

Manajer Ekonomi Sirkular dan Kemitraan Chandra Asri Group Nicko Setyabudi mengatakan, Chandra Asri memiliki fokus utama bisnis di sektor kimia, infrastruktur dan energi. Dalam konteks energi baru terbarukan (EBT), terdapat anak usaha Krakatau Chandra Energy di Cilegon. 

“Di sana kami ingin menghadirkan listrik yg lebih hijau memakai solar panel,” ujar Nicko dalam talkshow Green Collabs yang diadakan Katadata Green di Jakarta, Sabtu (23/8). 

Ia mengungkapkan, EBT seperti panel surya akan menjadi tren di masa depan untuk pengadaan listrik yang lebih hijau mengingat selama ini masih ada ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. “Listrik hijau ini akan jadi tren ke depan,” tuturnya. 

Adapun, ketergantungan terhadap kendaraan pribadi berbahan bakar fosil menjadikan sektor transportasi sebagai salah satu penyumbang utama polusi udara di kawasan perkotaan. Oleh karena itu, topik energi bersih menjadi bagian dari pembahasan dalam sesi bertajuk Mewujudkan Kota Hijau Melalui Transportasi Berkelanjutan dan Inklusif. 

Direktur Operasional dan Keamanan PT Transjakarta Daud Joseph yang juga hadir sebagai pembicara mengatakan, Transjakarta berupaya mencapai target menyediakan sebanyak 300 bus listrik. 

Daud mengimbuhkan, pihaknya ingin semua layanan angkutan umum yang disediakan tidak lagi mengeluarkan emisi. Oleh karena itu, pihaknya menargetkan semua bus yang beroperasi per 2030 adalah kendaraan listrik. 
 
“Bus-bus kami semua akan beralih ke bus listrik. Sekarang, kami mengoperasikan 570 bus listrik dan akan bertambah terus 1.000 unit setiap tahun menjadi 10.000 unit pada 2030,” ujarnya. 

Namun demikian, tantangan inklusivitas di dalam sistem transportasi di tanah air masih besar. Rilis Institute for Transportation & Development Policy (ITDP) pada Maret 2024 menyebutkan, warga Jabodetabek menempuh jarak rata-rata 10,5 km setiap hari untuk beraktivitas di Jakarta.

Pada saat yang sama, cakupan transportasi publik yang terintegrasi di Jabodetabek masih sangat timpang.  Jakarta menjangkau 78 persen wilayahnya, sedangkan kota-kota satelit di Bodetabek baru menjangkau antara delapan hingga 29 persen. 

Terbatasnya akses terhadap transportasi umum yang layak dan terjangkau memaksa banyak oranguntuk terus bergantung pada kendaraan pribadi. Akibatnya, kemacetan semakin parah dan kesenjangan mobilitas kian melebar.

Menjawab tantangan semacam itu, Gonggomtua E. Sitanggang selaku Southeast Asia Director ITDP berpendapat, penggunaan energi bersih merupakan kunci menuju transportasi ramah lingkungan dan inklusif. Penerapannya, imbuh dia, melalui penggunaan kendaraan listrik. 

“Kalau ingin kota kita lebih compact maka yang dibutuhkan adalah sisa kendaraan (selain kendaraan umum) yang ada adalah kendaraan listrik,” tutur Gongomtua. 

Dampak dari sistem transportasi yang tidak berkelanjutan ini langsung terasa dalam kehidupan masyarakat perkotaan baik dari segi kesehatan, kualitas lingkungan, hingga produktivitas.


 


 

 
 
 

Penulis : Tim Publikasi Katadata

Editor : Doddy Rosadi


RELATED ARTICLES AND VIDEOS

Copyright Katadata 2022