ICCT: Reduksi Emisi GRK Kendaraan Listrik Lebih Besar Dibandingkan Kendaraan Rendah Emisi Lain

blog_10

EKONOMI & BISNIS

Feb 29 2024, 05.48

International Council on Clean Transportation (ICCT) menilai elektrifikasi sektor transportasi sudah berada pada  jalur yang tepat untuk mencapai target net zero emission (NZE) 2060 atau lebih cepat. 

Potensi kendaraan listrik baterai untu mereduksi emisi gas rumah kaca (GRK) pun paling besar dibandingkan dengan jenis kendaraan kendaraan rendah emisi lainnya. 

Selain itu, kendaraan listrik baterai  juga dapat mengoptimalkan pencapaian target pengurangan GRK bila disandingkan dengan peningkatan bauran listrik dari energi terbarukan.  

Hal-hal tersebut merupakan temuan ICCT dalam kajian bertajuk “Perbandingan Daur Hidup Emisi Gas Rumah Kaca dari Kendaraan Bermotor Mesin Bakar dengan Kendaraan Listrik pada Mobil Penumpang dan Sepeda Motor di Indonesia”. 

Kajian tersebut dipaparkan dalam “Media Workshop: Course To Zero (Emission)” di ECO-S Coworking & Office Space Sahid Sudirman Residence, pada Rabu (28/02). Dalam acara yang dimoderatori oleh Product Manager Katadata Green, Jeany Hartriani tersebut dihadiri oleh Deputi
Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinasi Maritim dan Investasi, Rachmat Kaimuddin serta dua Senior Researcher ICCT, Aditya Mahalana dan Georg Bieker. Adapun Georg penulis utama kajian tersebut.

Rachmat mengatakan, sektor transportasi merupakan kontributor emisi GRK kedua terbesar di Indonesia dan terbesar di Jakarta. 

“Pemerintah mau mendorong adopsi kendaraan nol emisi. Kendaraan paling sesuai dengan itu adalah kendaraan listrik baterai,” ujarnya.

“Menurut perhitungan ICCT, pada 2050 emisi dari sektor transportasi akan meningkat sebanyak dua kali lipat dari sekarang,” ujar Aditya. 

Dia menjelaskan, pengurangan emisi sektor tersebut dapat dicapai dengan adopsi kendaraan listrik baterai.

Mengulik hasil kajian ICCT yang mengkaji daur hidup emisi (life-cycle
emissions
) pada kendaraan roda empat dan dua, ada potensi untuk mereduksi emisi GRK dengan membandingkan berbagai sumber rangkaian tenaganya (powertrain). 

Daur hidup emisi merujuk pada emisi kendaraan, mulai dari proses manufaktur, bahan bakar termasuk proses penambangan, pengilangan dan pembangkitan listrik, sampai dengan akhir hidup kendaraan tersebut dengan masa pakai umumnya 18–20 tahun.

ICCT menggunakan asumsi penggunaan kendaraan serta sumber energi 2023. Kajian ini juga melakukan proyeksi untuk 2030 berdasarkan rencana pemerintah dalam mencapai target emisi nol bersih (NZE) pada 2060, terutama penambahan bauran sumber energi terbarukan. 

Adapun lima rangkaian tenaga yangdibandingkan adalah antara kendaraan bahan bakar fosil (BBM), kendaraan listrik hibrida konvensional (HEV), kendaraan listrik hibrida plug-in
(PHEV), kendaraan listrik sel bahan bakar hidrogen (FCEV), dan kendaraan
listrik baterai. 

“Kendaraan listrik baterai hanya menghasilkan separuh dari emisi kendaraan BBM yang dijual pada 2030, bahkan bisa lebih rendah,” ujar Georg Bieker.

Perhitungan kajian menunjukkan, daur hidup emisi kendaraan listrik baterai untuk segmen kendaraan kecil, sport utility vehicle (SUV), dan multipurpose vehicle
(MPV) pada 2023 sebesar 47–56 persen lebih rendah dibandingkan kendaraan BBM.
Sementara proyeksi daur hidup emisi untuk SUV pada 2030, diperkirakan menjadi
52–65 persen lebih rendah dibandingkan dengan kendaraan BBM yang diproduksi
pada 2023. 

Apabila pengisian daya kendaraan listrik baterai menggunakan listrik dari sumber energi terbarukan, maka potensi emisinya bisa mencapai 85 persen lebih rendah. 

“HEV dan PHEV bisa membantu mengurangi emisi, tapi tidak dalam jangka panjang. Kedua kendaraan ini tidak memungkinkan untuk mencapai target NZE 2060,” ungkap Bieker. 

HEV masih menggunakan BBM dan hanya menawarkan manfaat efisiensi bahan bakar. PHEV juga masih mengandalkan BBM sebagai bahan bakar utamanya.

Sepeda motor listrik juga tercakup dalam kajian ICCT. Berdasarkan kajian tersebut, sepeda motor listrik juga punya potensi mengurangi emisi GRK dibanding motor konvensional. Kajian ICCT
menunjukkan pada 2023, daur hidup emisi sepeda motor segmen sepeda motor
listrik lebih rendah sebesar 26–35 persen dibanding sepeda motor BBM.

 

Penulis : Doddy Rosadi

Editor : Doddy Rosadi


RELATED ARTICLES AND VIDEOS

Generic placeholder image

Pemerintah Yakinkan Investor soal Investasi Hijau di WWF 2024

EKONOMI & BISNIS

May 21 2024, 05.36

Keberlanjutan merupakan inti dari perjalanan energi hijau Indonesia.


Generic placeholder image

Membuat Gedung-gedung Ramah Lingkungan dengan Kecerdasan Buatan

TEKNOLOGI DIGITAL

Sep 01 2023, 08.16

Operasional gedung-gedung menyumbang sekitar 26% emisi gas rumah kaca terkait energi global pada 2022.


Event Akan Datang

View all events

Related Events

 Apr 05 2022

 Sep 07 2022

 Mar 21 2023

Copyright Katadata 2022