Sering Dianggap Normal, Enam Pola Pikir Ini Ternyata Salah
GAYA HIDUP
May 22 2024, 14.42
Saat masih kecil, kita berpikir bahwa saat dewasa nanti, kita akan mendapatkan kesempatan untuk melakukan apa yang kita inginkan.
Namun, pada kenyataannya, semua orang di sekitar kita ternyata memiliki kepentingan dalam hidup kita - orang tua menuntut kita untuk memberikan mereka cucu, dan teman-teman memberi kita nasihat untuk membuka bisnis sendiri. Dan setiap orang siap memberi tahu kita bagaimana seharusnya kita hidup karena "itu penting" atau "semua orang melakukannya."
Dilansir dari Bright Side, berikut ini enam pola pikir yang sering dianggap normal namun ternyata salah, yang terlanjur beredar dalam masyarakat modern.
1. Mengukur Kesuksesan dari Harta Benda Pola pikir atau mindset masyarakat modern saat ini secara aktif mempromosikan kehidupan yang dijalani hanya untuk kesenangan, seperti membeli gadget terbaru, parfum trendi, baju kekinian, atau yang lainnya. Dan di saat yang sama, pola pikir tersebut ditanamkan kepada anak-anak sebagai generasi penerus. Dengan kata lain, masyarakat modern di zaman ini mengukur kesuksesan dari banyaknya harta benda yang dimiliki, dan menurut psikolog, hal ini meniru gaya hidup para pebisnis dan bintang-bintang televisi yang memiliki uang untuk membiayai kesenangan mereka.
2. Media Sosial sebagai Tolak Ukur Keberhasilan Hidup Selain harta benda, media sosial juga bisa menjadi tolak ukur keberhasilan atau kesuksesan hidup seseorang. Semakin banyak foto-foto indah yang dipamerkan di media sosial, berarti semakin sukses dan semakin baik kehidupan seseorang. Setidaknya itulah yang dipikirkan oleh orang-orang yang tidak mampu untuk berlibur ke luar negeri, atau tidak memiliki cukup uang untuk makan di restoran mahal.
Terkait hal ini, para psikolog berpendapat, mereka percaya bahwa orang-orang yang suka memamerkan kehidupan mereka di media sosial sebenarnya memiliki sifat narsis, sementara pengunjung akun mereka mungkin mulai menderita iri hati dan, bahkan tenggelam dalam depresi.
3. Moto Hidup untuk Menjadi Ibu Terbaik Moto hidup untuk bisa menjadi seorang ibu terbaik di zaman modern ini seringkali diterima dengan mentah dan salah.
Menjadi ibu terbaik bagi buah hati bukan berarti harus terus bekerja mengurusi anak dan rumah tangga tanpa henti, tapi ibu terbaik adalah wanita yang mampu memilah waktu untuk mengurus anak-anaknya, dan memiliki cukup waktu tersendiri untuk merawat dirinya sendiri tanpa mengabaikan keluarga.
Dengan begitu, para ibu tersebut juga tidak akan over-protective pada anak-anaknya, dan anak-anak juga akan terbiasa mandiri untuk membuat keputusan dalam hidup mereka, dan lebih berkonsentrasi pada studi mereka.
4. Ijazah Universitas atau Sekolah Tinggi bukan Jaminan Mendapat Pekerjaan Bergengsi Selama bertahun-tahun, masyarakat kita telah membentuk pola pikir bahwa seseorang yang tidak memiliki pendidikan tinggi termasuk dalam "kasta yang lebih rendah", sementara memiliki ijazah dari universitas atau sekolah tinggi, secara otomatis membuat mereka menjadi spesialis yang sempurna, yang dapat membuka pintu semua perusahaan bergengsi.
Akibatnya, kita hampir sepenuhnya kehilangan rasa hormat terhadap pekerjaan yang sederhana. Perlu diketahui, memiliki ijazah dari universitas atau pun sekolah tinggi bukanlah jaminan untuk bisa mendapatkan pekerjaan bergengsi, karena yang menentukan itu adalah keahlian, usaha dan pengalaman, serta rasa syukur.
5. Menjadi Cantik harus dengan Berdandan Kehidupan wanita modern ternyata berada di antara dua dilema, di satu sisi, kecantikan alami adalah hal yang trendi saat ini, dan hanya membutuhkan sedikit kosmetik. Namun di sisi lain, dikatakan bahwa menjadi cantik berarti mengetahui tren terbaru, serta mampu merias wajah setingkat penata rias profesional.
Pola pikir yang terakhir itulah, yang kini menyadarkan semakin banyak wanita modern jika menjadi cantik tak harus dengan berdandan memakai make up tebal.
Banyak wanita modern masa kini yang menolak untuk merias wajah mereka dengan make up tebal, karena hal itu lebih bisa menghemat waktu, yaitu dengan tidak menghabiskan waktu berjam-jam di depan cermin.
6. Kenyamanan Diri Sendiri adalah Utama, dan Tidak Peduli pada Orang Lain Bayangkan Anda terpeleset di jalan yang licin, dan jatuh di tengah jalan yang ramai. Sekarang coba tebak bagaimana reaksi orang-orang yang melihat kejadian itu. Dalam skenario terbaik, mereka hanya akan melewati Anda, dalam skenario terburuk - mereka akan diam-diam mengambil video Anda. Dan orang yang memutuskan untuk membantu Anda akan mendapatkan pandangan miring dari orang-orang sekitar yang bertanya-tanya, mengapa mereka mau membuang waktu hanya untuk menolong Anda.
Contoh di atas merupakan fenomena yang saat ini menjadi tren di masyarakat modern saat ini. Orang-orang lebih mengutamakan kepentingan pribadi, dan memilih untuk tidak peduli sama sekali dengan orang-orang sekitar yang memang membutuhkan uluran tangan dari orang-orang yang lebih mampu. Dan kondisi ini seharusnya bisa dirubah, dengan menanamkan pola pikir yang positif pada diri sendiri dan keluarga, yaitu tetap memilih menjadi orang baik di tengah situasi dunia yang sedang tidak baik.