Toleransi Kunci Hidup di Tengah Keberagaman

blog_10

LAINNYA

Apr 11 2023, 06.56

Indonesia merupakan negara multikultural, yang mana memiliki keberagaman dan perbedaan suku, ras, dan agama. Perlu adanya menumbuhkan sikap toleran, agar terciptanya kehidupan yang rukun dan dapat menekankan nilai penghargaan serta penghormatan pada perbedaan tersebut.

Namun demikian, ditemukan di lapangan bahwa dalam melakukan promosi toleransi kerap kali menghadapi permasalahan karena adanya pihak-pihak yang terus membuat ujaran kebencian, terutama melalui media sosial. Hal itu disampaikan Rais Syuriyah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama Australia-New Zealand, Nadirsyah Hosen pada Webinar Literasi Digital berjudul Stop Bigotri, Mari Promosi Toleransi, Senin (10/4/2023).

“Jadi kita harus paham juga, bahwa memang ada pihak-pihak yang sengaja terus memproduksi ujaran kebencian, banyak sekali contohnya,” kata dia.

Nadirsyah mengatakan, ada banyak upaya mempromosikan toleransi, diantaranya saling belajar dan mengenal agama lain. Meski demikian, Nadirsyah menyadari bahwa untuk bisa mewujudkan kehidupan dengan toleransi yang baik memang tidak mudah dan membutuhkan proses. 

Menurut dia, tidak bisa seseorang menjadi toleran 100 persen terhadap setiap perbedaan, karena masih perlu saling belajar dan memiliki batas masing-masing.

“Saya selalu percaya bahwa jauh lebih banyak orang kita yang cinta damai. Jauh lebih banyak orang kita yang menginginkan hidup dengan tenang, nyaman, saling bertenggang rasa, itu jauh lebih baik. Nah problemnya adalah, ada pihak-pihak yang memproduksi terus menerus ujaran kebencian ini. Karena itu saya selalu mengatakan, masuk medsos, kita harus selalu jadi orang baik, tapi tidak boleh polos,” ujarnya. 

Kemudian, General Manager Global Peace Foundation Indonesia, Shintya Rahmi Utami mengatakan, mengunjungi rumah-rumah ibadah agama lain, maupun bertanya langsung kepada para pemuka agama-agama, merupakan cara yang bisa dilakukan untuk mengembangkan toleransi. Ia menjelaskan, pihaknya memiliki program bernama Peace Project, yakni mengunjungi beberapa rumah ibadah dan pesertanya dibuka untuk umum.

Menurut Shintya, pengalaman langsung mengunjungi rumah ibadah agama lain, dan berdiskusi bersama para pemuka agama lain tersebut mampu menjadikan seseorang lebih toleran terhadap perbedaan.

"Kalau di Peace Project ini kita visit beberapa rumah ibadah, dan pesertanya pun dibuka untuk umum, limited hanya 30 orang per batch-nya, dan kita setiap pulangnya itu visit dari satu rumah ibadah satu ke rumah ibadah lainnya, dan di rumah ibadah tersebut kita juga ada semacam diskusi, di mana teman-teman peserta ini bisa bertanya langsung pada pemuka agamanya. Jadi mereka bisa lebih mengenal agama lain, dan juga ada kegiatan-kegiatan yang misalnya di Klenteng kita ada Yoga For Peace, terus di masjid ada kaligrafi bersama agar mereka tahu, kaligrafi itu filosofinya seperti apa, yoga itu filosofinya seperti apa,” jelas Shintya.

Penulis : Dewi Mariya Ulfah

Editor : Maidian Reviani


RELATED ARTICLES AND VIDEOS

Generic placeholder image

Menko PMK: Pendidikan Karakter Harus Dimulai Sedini Mungkin

LAINNYA

Oct 24 2023, 14.03

Pendidikan karakter itu sebaiknya memang dimulai sejak anak masih kecil, termasuk di dalam membangun kesadaran dan pemahaman yang cukup mengenai toleransi.


Copyright Katadata 2022