Mentalitas dan Kedisiplinan Charmaine Membimbing SGA Menjadi Juara NBA

blog_10

LAINNYA

Jun 23 2025, 10.35

Sejak dibuka dengan diiringi pesta mewah pada 1979, toko Holt Renfrew di Bloor Street, Toronto, Kanada menjadi tempat yang sering dikunjungi oleh mereka yang gemar berbusana necis. Ini adalah toko yang sangat besar. Empat lantai, toko cokelat mewah di dalamnya, lantai marmer, ratusan desainer dan merek mewah.

Charmaine Gilgeous sering mengajak kedua putranya, Shai dan Thomasi, ke sana untuk melihat-lihat barang, menghabiskan waktu sore dengan santai sambil bermimpi tentang kehidupan yang akan mereka jalani suatu hari nanti jika mereka bekerja keras dan tidak membiarkan apa pun menghalangi cita-cita mereka.

Pada saat itu, Charmaine hanya berpikir untuk membimbing anak-anaknya ke perguruan tinggi dan kemudian mendapatkan pekerjaan tetap. Dia tidak punya mimpi muluk kedua putranya bisa menjadi Kobe Bryant, Cristiano Ronaldo, atau Kevin Durant.

Charmaine mengajak mereka window shopping di hari Sabtu. Mereka akan mengenakan kaos polo dan celana panjang, melihat-lihat Gucci dan Versace, makan di sebuah restoran di kota yang disebut Mink Mile, lalu kembali ke Hamilton.

Charmaine adalah mantan pelari cepat. Ia berkompetisi di nomor 400 meter pada Olimpiade 1992 di Barcelona untuk Antigua dan Barbuda.

“Saya tidak pernah berlari lebih dari 400 meter.  Itu berarti saya tahu apa tujuannya, dan saya tidak melakukan apa pun sampai saya mencapai tujuan tersebut. Begitulah orientasi saya. Dan saya ingin anak-anak saya seperti ini. Mereka harus bekerja keras untuk mencapai tujuan. Saya harus membesarkan mereka seperti itu,” ungkap Charmaine kepada ESPN.

Di sinilah Shai Gilgeous-Alexander atau kerap dipanggil SGA mendapatkan kedisiplinannya. Sosok sang ibu memang punya peranan besar dalam perjalanan Gilgeous-Alexander menuju kompetisi bola basket terbaik di dunia, NBA. Hal ini diakui oleh Chris Paul, saat masih membela Oklahoma City Thunder.

“Anda tidak bisa menulis tentang Gilgeous-Alexander tanpa berbicara kepada ibunya,” ujar Paul kepada jurnalis dari ESPN.

Gilgeous-Alexander mengatakan bahwa ia bermimpi untuk memenangkan MVP sejak berusia 6 tahun. Di sekolah menengah, ia dan sepupunya, pemain Minnesota Timberwolves, Nickeil Alexander-Walker, sering membicarakan tentang mimpi NBA mereka hingga larut malam.

Gilgeous-Alexander tidak pernah ditahbiskan untuk menjadi hebat seperti LeBron James, yang oleh Sports Illustrated dijuluki The Chosen One pada usia 15 tahun. Namun, ia selalu percaya bisa mencapai hal itu, suatu hari nanti. Sang Ibu, Charmaine memastikan hal itu.

Musim 2024-2025, Gilgeous-Alexander membawa Oklahoma City Thunder (OKC) juara wilayah Barat dengan torehan 68 kemenangan dan hanya 14 kali kalah. Ia meraih gelar Most Valueable Player, gelar yang sudah diimpikannya sejak kecil.

SGA juga memimpin OKC lolos ke final NBA 2025. Ia menjadi tulang punggung OKC untuk mengalahkan Indiana Pacers 4—3 di partai puncak. Di gim ketujuh, SGA mencetak 29 angka dan membaw OKC menang 103-91 atas Pacers.

Usai pertandingan, SGA langsung menuju bangku penonton. Ia memeluk Charmaine yang masih berteriak histeris menyaksikan anaknya bisa menjadi juara NBA.

“Ini tidak terasa nyata. Kami mengalami banyak momen, menghabiskan banyak malam untuk bisa meraih semuanya ini. Saya berterima kasih kepada semua pemain OKC yang sudah bekerja keras untuk mencapai hal ini,” ujar SGA ketika diwawancara di pinggir lapangan.

OKC mencetak sejarah dengan meraih trofi Larry O’Brien pertama sejak pindah dari Seattle pada 2008. 

Manajer umum OKC, Sam Presti, tampak berseri-seri di podium.

“Oklahoma memiliki tim sejati dan bukan hanya pemenang. Mereka mewakili semua hal baik di usia muda, mereka memprioritaskan kemenangan, mereka memprioritaskan pengorbanan, dan semuanya terjadi dengan sangat cepat. Anda harus memberikan pujian kepada para pemain, dan kami sangat bersyukur memiliki mereka yang mewakili kami. Usia adalah sebuah angka. Pengorbanan dan kedewasaan adalah sebuah karakteristik, dan para pemain ini memilikinya, dan merupakan sebuah keistimewaan untuk bekerja sama dengan mereka, sebuah keistimewaan yang absolut,” ujar Sam.

SGA juga mencetak sejarah sebagai pemain pertama sejak Shaquille O’Neal dalam 25 tahun terakhir yang meraih MVP Award dan juga MVP Final serta pencetak angka terbanyak di musim yang sama. 

Kerja keras, kedisiplinan serta mentalitas yang diajarkan Charmaine kepada SGA sejak kecil mampu membuat putranya itu meraih mimpi, jadi pemain hebat di NBA. Gelar MVP – di musim reguler dan final – serta trofi NBA sudah cukup bagi SGA untuk menasbihkan dirinya sebagai bintang masa depan NBA.

Penulis : Doddy Rosadi

Editor : Doddy Rosadi


RELATED ARTICLES AND VIDEOS

Copyright Katadata 2022