Dipakai untuk Penelitian, TikTok Tarik Fitur Pelacakan Tagar
TEKNOLOGI DIGITAL
Jan 12 2024, 13.19
Kerap dipakai untuk penelitian, TikTok baru-baru ini memutuskan menarik alat yang memungkinkan peneliti dan pihak lain mempelajari popularitas hashtag di aplikasinya. Perubahan ini pertama dilaporkan oleh The New York Time, tak lama setelah para peneliti menerbitkan laporan menggunakan data dari alat yang mengkritik perusahaan tersebut.
Seperti yang ditunjukkan oleh The New York Times, alat tersebut adalah salah satu dari sedikit metode yang dapat diakses publik untuk melacak detail tentang popularitas hashtag tertentu. TikTok, seperti perusahaan media sosial lainnya, kini mempersulit pihak luar untuk melacak bagaimana konten menyebar di aplikasinya.
Alat yang dimaksud adalah fitur bernama Creative Center yang menyediakan data tentang popularitas hashtag kepada calon pengiklan dan lainnya. Para peneliti di Rutgers' Network Contagion Institute telah menggunakan fungsi pencarian Creative Center untuk melacak hashtag yang dianggap “sensitif” terhadap kepentingan pemerintah Tiongkok.
Para peneliti kemudian membandingkan prevalensi hashtag antara TikTok dan Instagram, lalu menyimpulkan bahwa banyak topik "sensitif" yang "sangat kurang terwakili di TikTok" dibandingkan dengan Instagram.
Setelah laporan tersebut dipublikasikan, para peneliti mengatakan fitur pencarian di Creative Center hilang tanpa penjelasan.
“Kapasitas pencarian untuk Hashtag sendiri kini telah dihapus seluruhnya dari antarmuka pengguna, yang menurut NCRI terjadi pada hari Natal, beberapa hari setelah rilis awal laporan ini,” tulis mereka dalam sebuah laporan, seperti dilansir dari Engadget.
Selain itu, mereka menambahkan bahwa TikTok juga telah menonaktifkan akses langsung ke sejumlah topik “sensitif” yang sebelumnya mereka lacak, termasuk tagar terkait politik Amerika Serikat dan masalah geopolitik lainnya.
Kemudian, dalam pernyataannya kepada The New York Times, TikTok mengonfirmasi mengenai adanya perubahan tersebut.
“Sayangnya, beberapa individu dan organisasi telah menyalahgunakan fungsi pencarian di pusat tersebut untuk menarik kesimpulan yang tidak akurat, jadi kami mengubah beberapa fitur untuk memastikannya digunakan sesuai tujuan yang dimaksudkan,” kata juru bicara TikTok.
Meskipun demikian, perusahaan telah memberikan beberapa kelonggaran kepada para peneliti. TikTok mulai menawarkan API Penelitian resmi ke beberapa institusi akademis tahun lalu, dan kabarnya berencana membuat alat tersebut tersedia pada beberapa kelompok masyarakat sipil yang mempertanyakan praktik moderasi konten yang dilakukan perusahaan.
Namun bagi para peneliti, tindakan untuk menghentikan suatu alat secara tiba-tiba kemungkinan akan menimbulkan lebih banyak pertanyaan tentang seberapa besar keinginan perusahaan untuk bekerja sama dengan alat tersebut.
“Kurangnya transparansi ini menjadi keprihatinan mendalam bagi para peneliti,” tulis para peneliti NCRI.