Sebagai perusahaan energi milik negara, PT Pertamina (Persero) menghadapi trilema energi, yakni mengemban tugas Pemerintah untuk memastikan produksi migas nasional berjalan optimal demi mewujudkan ketahanan energi (energy security) dan menjamin keterjangkauan harga (energy affordability), tapi juga sekaligus menerapkan prinsip keberlanjutan (environmental sustainability).
Di satu sisi, untuk menjaga ketahanan energi nasional, Pemerintah Indonesia memasang target menaikkan produksi minyak bumi hingga sebesar 1 juta barel per hari (BPH) dan gas 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD) pada 2030. Di sisi lain, Indonesia juga berupaya memangkas emisi gas rumah kaca dan mewujudkan target net zero emission (NZE) pada tahun 2060. Salah satunya melalui pengurangan emisi dari sektor energi.
Pertamina menjawab tantangan trilema energi tersebut dengan menerapkan dua strategi. “Pertama, memaksimalkan bisnis eksisting kami. Kedua, meningkatkan pengembangan produk rendah karbon,” kata Vice President Sustainability Program, Rating & Engagement at PT Pertamina (Persero) Indira Pratyaksa dalam acara Katadata Sustainability Action for The Future Economy (KATADATA SAFE) 2024 di Grand Ballroom Hotel Kempinski Grand Indonesia, Jakarta, Rabu (7/8).
Pertamina terus didorong meningkatkan produksi migas, namun pada saat yang sama diharapkan menekan emisi karbon dan mulai bergeser ke energi baru dan terbarukan. Sebuah tantangan yang tak mudah. Maka dari itu, untuk menjawab tantangan tersebut, dua strategi Pertamina itu harus dijalankan secara bersama. “Ini bukan pilihan. Dua strategi itu adalah keharusan dalam menghadapi trilema energi,” ujar Indira.
Indira menjadi narasumber Katadata SAFE 2024 dalam sesi diskusi One-On-One Session bertema “Pioneering Solutions to the Energy Trilemma: Strategy and Innovation”. KATADATA SAFE adalah forum tahunan yang digelar Katadata Indonesia sejak 2020. SAFE membahas isu dan solusi untuk pembangunan ekonomi berkelanjutan.
Menurut Indira, dalam memaksimalkan bisnis eksistingnya, PT Pertamina (Persero) menjalankan beberapa strategi. Di antaranya meningkatkan kualitas kilang agar produk yang dihasilkan memiliki kualitas dan nilai tinggi. Transformasi bisnis bahan bakar minyak (BBM) ritel juga terus dilakukan
Adapun terkait pengembangan produk rendah karbon, perseroan telah memproduksi biofuel seperti bioetanol, biodiesel, dan bahan bakar nabati untuk sektor penerbangan, yaitu sustainable aviation fuel (SAF). Selain itu, Pertamina telah mulai ujicoba penerapan teknologi carbon capture, utilization, and storage (CCUS), hingga solusi berbasis NBS atau Natural Base Solution