Energi Hijau, AI, dan EV Jadi Mesin Pertumbuhan Permintaan Listrik

blog_10

EKONOMI & BISNIS

Sep 11 2025, 11.55

Pemerintah bersama PT PLN (Persero) telah meluncurkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034, peta jalan ambisius yang diyakini bakal mengubah lanskap ketenagalistrikan nasional. Meski digadang sebagai RUPTL paling hijau sepanjang sejarah, implementasinya berhadapan dengan tantangan besar: kebutuhan investasi jumbo hingga Rp3.000 triliun dan kepastian tumbuhnya permintaan listrik baru di berbagai sektor.

“RUPTL kali ini tidak hanya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan listrik, tetapi juga meng-create demand, terutama di wilayah dengan potensi besar yang selama ini belum terwakili, seperti kawasan Indonesia Timur,” ujar Evy Haryadi, Direktur Teknologi, Engineering, dan Keberlanjutan PLN, dalam ajang Katadata Sustainability Action for The Future Economy (SAFE) 2025 di Jakarta, Rabu (10/9/2025).

Selama 10 tahun ke depan, pemerintah menargetkan tambahan kapasitas 69,5 gigawatt (GW). Dari angka tersebut, 76% atau 52,9 GW direncanakan bersumber dari energi baru terbarukan (EBT) dan teknologi penyimpanan energi. Angka ini hampir menyamai kapasitas pembangkit listrik yang telah dibangun sejak Indonesia merdeka atau sekitar 75 GW. Kendati terkesan ambisius, rencana RUPTL 2025-2034 dipandang memiliki nilai strategis.

Namun, skala ambisi ini menuntut kejelasan arah permintaan. Evy menekankan bahwa pembentukan demand menjadi strategi utama, terutama untuk menopang sektor-sektor yang diproyeksikan melonjak tajam konsumsinya. “Misalnya sektor perikanan di kawasan timur. Dengan menyiapkan cold storage berbasis listrik, otomatis akan memacu pertumbuhan ekonomi sekaligus kebutuhan energi di sana,” jelasnya.

PLN, lanjut Evy, mengidentifikasi setidaknya tiga motor pertumbuhan konsumsi listrik dalam dekade mendatang: pendingin ruangan (AC), ekspansi pusat data berbasis artificial intelligence (AI), dan adopsi kendaraan listrik (EV). Faktor-faktor inilah yang diyakini akan menjaga kesinambungan bisnis sekaligus menopang agenda transisi energi.

Kebutuhan investasi untuk mengembangkan pembangkit listrik EBT sebesar Rp3.000 triliun menuntut kepercayaan investor yang tinggi. PLN berupaya meyakinkan pasar dengan memperbaiki profil risiko. “Risiko kita sudah turun dari 30,7 ke 27,4 atau kategori medium risk. Dengan perbaikan ini, peluang mendapatkan investor akan semakin terbuka,” kata Evy.

Untuk memperlancar eksekusi proyek yang rata-rata memakan waktu 3–5 tahun, PLN memperkuat tiga aspek: pemetaan geospasial, pembentukan working group lintas sektor dengan project management office (PMO), serta keseimbangan antara proyek jangka pendek dan jangka panjang. Strategi ini diharapkan mampu mengantisipasi keterlambatan pembangunan sekaligus menjaga kesinambungan pasokan listrik.

Dengan menitikberatkan pada tantangan pendanaan dan kebutuhan menciptakan demand, RUPTL 2025–2034 tidak sekadar peta jalan energi, melainkan instrumen strategis yang menentukan apakah Indonesia mampu mencapai target ekonomi 8% per tahun serta mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.

Penulis : Tim Publikasi Katadata

Editor : Doddy Rosadi


RELATED ARTICLES AND VIDEOS

Generic placeholder image

PLN Tambah Porsi Pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT) Menjadi 75 Persen

EKONOMI & BISNIS

Aug 08 2024, 14.46

PLN tengah menyusun rencana usaha penyediaan tenaga listrik (RUPTL) terbaru. 


Generic placeholder image

Indonesia Baru Manfaatkan 0,3% Potensi Energi Bersih yang Dimiliki

EKONOMI & BISNIS

Jan 15 2024, 11.22

Indonesia bisa menjadi pelopor dalam transisi energi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.


Generic placeholder image

Stok Panas Bumi Berlimpah, Indonesia Akan Ekspor Energi Bersih

EKONOMI & BISNIS

Oct 27 2023, 06.38

Indonesia memiliki 40 persen potensi sumber daya panas bumi di dunia.


Event Akan Datang

View all events

Related Events

 Apr 05 2022

 Sep 07 2022

 Mar 21 2023

Copyright Katadata 2022