Tiga Prinsip Unilever Indonesia untuk Kurangi Penggunaan Plastik dalam Kemasan
EKONOMI & BISNIS
Sep 15 2025, 20.36
Unilever Indonesia berkomitmen terhadap praktik bisnis yang berkelanjutan dengan terus bertransformasi memastikan potensi dampak lingkungan yang minim di berbagai aspek pada keseluruhan value chain perusahaan. Perusahaan fast moving consumer goods (FMCG) ini mengedepankan tiga prinsip di dalam mengelola penggunaan plastik di kemasan untuk produk-produknya.
“Kami mengedepankan prinsip less plastic, better plastic, dan no plastic. Artinya, selain meminimalisir jumlah penggunaan plastik dalam kemasan, kami juga memilih plastik yang mudah didaur ulang dan mengembangkan sistem pengisian ulang di beberapa daerah,” tutur Maya Tamimi, Head of Division Environment & Sustainability Unilever Indonesia Foundation dalam keterangan tertulis, Selasa (16/9/2025).
Unilever Indonesia terus mengurangi penggunaan plastik baru (virgin plastic) dan berupaya meningkatkan penggunaan plastik hasil daur ulang alias post-consumer recycled (PCR) dalam kemasannya, serta menghadirkan kemasan yang dapat didaur ulang, digunakan kembali, atau diurai menjadi kompos.
Maya menegaskan, pihaknya berkomitmen untuk terus mengumpulkan dan memproses lebih banyak sampah plastik kemasan dibandingkan dengan plastik yang digunakan untuk menjual produk. Sejak 2015, perusahaan sudah mengimplementasikan zero waste landfill untuk memastikan tidak ada sampah atau limbah yang berasal dari kegiatan operasional yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Setelah lebih dari dua dekade berkomitmen mendorong misi keberlanjutan, pada 2024 Unilever secara global mengumumkan empat pilar keberlanjutan. Pertama, iklim untuk mencapai Net Zero Emission (NZE). Kedua, alam untuk mendukung ekosistem alam melalui penerapan pertanian regeneratif. Ketiga, plastik yang bertujuan mengakhiri limbah plastik. Keempat, mata Pencaharian yang menargetkan terwujudnya mata pencaharian dan standar upah (living wage) yang layak bagi seluruh pihak dalam rantai nilai (value chain) Unilever.
Melalui empat fokus tersebut, Unilever lebih fokus mengintegrasikan prinsip keberlanjutan yang menitikberatkan aspek environment, social, and governance (ESG) dengan kinerja bisnis.
“Bisnis sangat penting, tidak boleh ditinggalkan. Karena jika bisnis bertumbuh dengan konsisten dan kompetitif, kita juga akan memiliki keleluasaan lebih besar dalam menerapkan komitmen dan misi-misi keberlanjutan,” ujar Maya.
Tantangan Bisnis Berkelanjutan
Maya mengakui bahwa untuk merealisasikan komitmen terhadap keberlanjutan tidaklah mudah. “Tantangannya cukup besar tetapi kami tetap berupaya menyajikan produk yang lebih berkelanjutan di tengah persaingan yang ketat,” ucapnya.
Sebagai salah satu pemain industri yang terbesar di mana rangkaian produknya telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia, tantangan terbesar adalah kompleksitas rantai pasok komoditas.
Untuk mengatasinya, Unilever Indonesia mendorong seluruh mitranya menerapkan praktik yang bertanggung jawab mulai dari perancangan inovasi produk, pengadaan bahan baku, proses produksi, distribusi ke konsumen hingga proses pengelolaan limbah produk.
Adapun dari sisi konsumen, kesadaran masyarakat mengelola sampah plastik masih perlu ditingkatkan. Oleh karena itu, Unilever Indonesia rajin mengajak konsumen untuk terlibat secara aktif dalam mengumpulkan dan mendaur ulang sampah plastik, membina lebih dari 4.000 bank sampah. Hal ini dilakukan tidak hanya untuk memperbanyak titik-titik pengumpulan sampah, tetapi juga mengedukasi kesadaran masyarakat sekitar untuk menerapkan konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dan menjadikan kebiasaan memilah suatu hal yang lumrah.
Selain itu, Unilever Indonesia memberikan pilihan bagi konsumen untuk membeli berbagai produknya tanpa kemasan dengan adanya gerai isi ulang (refill) di lebih dari 1.000 titik di area Jabodetabek dan Surabaya.
Unilever Indonesia tak pernah putus melakukan upaya edukasi dan sosialisasi akan pentingnya pengelolaan sampah plastik. Selain itu berkolaborasi dengan pemangku kepentingan yang relevan dan melakukan berbagai aktivitas yang dapat meningkatkan kesadaran masyarakat.
Atas berbagai upaya tersebut, pada 2024 perusahaan masuk dalam 20 perusahaan FMCG dan retail yang diapresiasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia (KLHK RI) atas konsistensi dalam mewujudkan Peta Jalan Pengurangan Sampah melalui berbagai program pengumpulan, pengurangan, dan pengelolaan sampah plastik. Unilever Indonesia merupakan salah satu dari sedikit perusahaan yang menyerahkan Peta Jalan Pengurangan Sampah ke KLHK RI pada tahun 2021 berisi strategi penanganan sampah plastik dari hulu ke hilir.
“Fokusnya adalah bagaimana kita bisa hidup harmonis, yakni sampah hasil aktivitas kehidupan kita yang tidak terpakai lagi harus bisa dikelola dengan baik. Ini butuh jalinan kolaborasi demi mewujudkan Indonesia bersih dan mencapai pertumbuhan ekonomi,” kata Maya.