Industri media mengalami awal yang brutal di tahun yang baru ini. Sejumlah perusahaan media besar dan kecil di Amerika Serikat memecat staf reporternya karena model bisnis lama yang membuat sebagian besar industri ini bertahan selama beberapa dekade mulai runtuh.
Kontraksi yang cepat telah terlihat jelas bulan ini. Pada beberapa minggu pertama 2024, serentetan pemutusan hubungan kerja (PHK) melanda sejumlah perusahaan media.
Los Angeles Times memangkas ruang redaksi lebih dari 20% awal pekan ini, TIME memangkas puluhan staf dan Business Insider akan memangkas tenaga kerjanya sebesar 8%.
Sementara itu, ratusan staf Conde Nast, Forbes, The New York Daily News, dan lainnya melakukan aksi mogok kerja memprotes rencana pemangkasan karyawan.
Putaran PHK baru-baru ini merupakan bagian dari badai yang jauh lebih besar dan tak henti-hentinya menghantam industri jurnalisme. Selama 18 bulan terakhir, sebagian besar perusahaan media telah dipaksa membuat keputusan sulit untuk mengurangi tenaga kerja mereka.
Di tingkat nasional, CNN, The Washington Post, NPR, Vice Media, Sports Illustrated, Vox Media, NBC News, CNBC, dan organisasi-organisasi lainnya telah memangkas sebagian besar staf peliputan mereka.
"Saya minta maaf untuk mengatakan bahwa saya tidak melihat adanya perubahan pada sebagian besar outlet lama. Pemiliknya, dengan beberapa pengecualian, tidak beradaptasi dengan internet. Mereka mempertahankan model bisnis lama mereka - iklan, langganan, dan ekonomi perhatian," kata Jeff Jarvis, Profesor Inovasi Jurnalisme Leonard Tow di Sekolah Pascasarjana Jurnalisme Craig Newmark, kepada CNN.
"Kematian surat kabar dan majalah serta TV linear telah sering diramalkan dan belum terjadi. Kejatuhannya mungkin akan terjadi sekarang,” ujar Jarvis.
Margaret Sullivan, kolumnis di The Guardian yang sebelumnya menulis tentang media untuk The Washington Post dan The New York Times, mengkhawatirkan konsekuensi yang lebih besar dari pemangkasan yang lebih dalam dalam bisnis media di negara ini.
"Hilangnya jurnalis berkontribusi pada pertumbuhan eksponensial gurun berita di sebagian besar negara dan itu adalah bencana ketika informasi yang salah merajalela. Demokrasi membutuhkan pemilih yang terinformasi agar dapat berfungsi dan secara tragis hal ini semakin berkurang di banyak wilayah,” jelas Sullivan.