Kumpulkan 1.900 Gawai, Kampanye erafone Jaga Bumi Kurangi Emisi Karbon 467 kh CO2
GAYA HIDUP
Jun 12 2025, 13.45
Kampanye erafone Jaga Bumi yang dilakukan oleh Erajaya Digital berhasil mengumpulkan dan mendaur ulang lebih dari 1.900 unit gawai. Kampanye erafone Jaga Bumi yang fokus mengelola sampah elektronik (e-waste) dan dilakukan sejak awal 2025 ini merupakan langkah proaktif erafone dalam upaya pengelolaan limbah elektronik (e-waste).
Melalui inisiatif ini, erafone yang merupakan bagian dari Erajaya Digital berkomitmen menyediakan fasilitas pengumpulan e-waste di Indonesia. Sampah elektronik yang terkumpul di sejumlah titik drop box erafone akan didaur ulang melalui proses yang ramah lingkungan. Gerakan erafone Jaga Bumi ini menjadi solusi aman bagi masyarakat yang ingin membuang perangkat elektroniknya.
Group Chief of HC, GA, Litigation, & CSR at Erajaya Group Jimmy Perangin-angin mengungkapkan, secara lingkungan, kegiatan ini telah memberikan dampak nyata yaitu mengurangi emisi karbon hingga 467 kg CO₂, menghemat energi sebesar 854 kWh, serta mengurangi kebutuhan lahan TPA/landfill sebesar 10 m².
”Ini menunjukkan bahwa langkah kecil dari konsumen, jika difasilitasi dengan benar, bisa menghasilkan dampak lingkungan yang signifikan dan terukur. Melalui erafone Jaga Bumi, Erajaya Group ingin menjadi bagian dari solusi atas isu lingkungan, tidak hanya bagi pelanggan tetapi juga demi masa depan bumi Indonesia. Karena itu, kami mengajak semua pihak untuk membangun ekosistem pengelolaan e-waste yang inklusif, terstruktur, dan berkelanjutan,” kata Jimmy dalam diskusi Yuk, Bijak Kelola Sampah Elektronik yang diselenggarakan oleh Erajaya Digital bekerja sama dengan Katadata Green, di Bandung, Kamis (12/6/2025).
Jimmy menambahkan, gerakan erafone Jaga Bumi ini menjadi momentum bagi semua pihak untuk lebih bertanggung jawab sebagai konsumen, lebih kolaboratif sebagai masyarakat, dan lebih visioner sebagai pelaku usaha.
“Kami mengajak semua pihak untuk segera bertindak dengan tidak membuang e-waste sembarangan. Mulailah dari langkah sederhana, seperti menyalurkan e-waste ke dropbox erafone Jaga Bumi. Harapannya, program ini tidak hanya menjadi fasilitas, tetapi juga mendorong aksi kolektif untuk menjaga lingkungan,” ujar Jimmy.
Pada tahap awal, kata Jimmy, sudah hadir 10 drop box di 10 gerai erafone yang tersebar di Jabodebek. Sepanjang tahun ini, erafone berencana menghadirkan sekitar 25 – 50 drop box di enam wilayah kerjanya. Menurut Jimmy, erafone Jaga Bumi ini juga sebagai bagian komitmen dan implementasi ESG Erajaya group
Menurut statistik Global E-waste Monitor pada 2024, kenaikan sampah elektronik lebih cepat lima kali lipat ketimbang capaian daur ulangnya. Laporan yang sama menyebut jumlah timbulan sampah elektronik sedunia mencapai 62 miliar kilogram.
Dari jumlah tersebut, hanya 22,3 persen yang berhasil dikumpulkan serta didaur ulang secara ramah lingkungan. Di Indonesia, berdasarkan catatan Kementerian PPN/Bappenas, timbulan e-waste nasional telah mencapai 2,1 juta ton pada 2023. KLHK juga memproyeksikan bahwa pada 2030, timbulan sampah elektronik akan mencapai 4,4 juta ton.
Leader of World Cleanup Day Indonesia Andy Bahari mengapresiasi kampanye pengelolaan sampah elektronik yang dilakukan oleh erafone. Karena, hingga saat ini masyarakat masih belum teredukasi terkait e–waste dan masih membuang di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
“Sampah elekronik itu ada di mana-mana dan belum ada solusinya. Sangat disayangkan masih banyak yang buang sampah elektronik ke TPA dan belum ada sistem pengelolaan khusus e-waste. Saya mengapresiasi inistiaf yang dilakukan erafone dengan menempatkan dropbox di tokonya untuk sampah elektronik,” kata Andy.
Andy berharap kampanye pengelolaan sampah elektronik yang dilakukan erafone ini bisa diikuti oleh perusahaan lain. Inisiatif kecil seperti ini, kata dia, sangat diperlukan untuk mengedukasi masyarakat terkait sampah elektronik.
Founder of Asah & Co-founder Parongpong Gadis Prawewari mengungkapkan, hingga saat ini belum ada solusi terkait sampah elektronik yang terus meningkat jumlahnya..
“Saya sempat mampir ke TPA Leuwigajah di Bandung dan warga di sekitar sana pun masih banyak yang membuang sampah sembarang, termasuk sampah elektonik. Karena itu, masih perlu upaya edukasi yang intensif kepada masyarakat terkait pengelolaan sampah elektronik. Kita harus memberitahu bahwa sampah elektronik itu tidak melebur di tanah,” kata Gadis.
Mengusung konsep festival budaya interaktif, acara ini mendorong para pelaku dan peminat seni untuk turut serta dalam kompetisi tari kreasi Nusantara dan kompetisi permainan tradisional.