Teropong Indonesia Masa Depan di Hari Pendidikan

blog_10

LAINNYA

May 02 2023, 08.34

Belakangan ini kita sering membaca berita mengenai Jepang yang sedang pening mengatasi masalah demografi. Makin menuanya rata-rata usia penduduk bikin runyam kondisi perekonomian Negeri Matahari Terbit. Padahal beberapa dekade silam, dunia terpukau dengan ‘keajaiban’ pertumbuhan ekonomi Jepang. 

Negara yang luluh lantak setelah kalah dalam Perang Dunia II itu pulih dengan sangat cepat. Hanya dalam beberapa dekade, Jepang membangun industri yang sangat modern. Kurang dari seabad setelah menyerah kepada tentara Sekutu, Jepang telah menjelma menjadi negara maju dengan kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat. Kasus serupa juga terjadi dengan Jerman Barat (sebelum bergabung dengan Jerman Timur).

Bagaimana dua negara yang menjadi pariah dalam Perang Dunia II bisa menjadi negara industri yang sangat kuat dalam waktu relatif singkat? Menurut Theodore William Schultz, peraih Nobel Ekonomi pada 1979, rahasianya ada pada kekuatan sumber daya manusia. Walaupun kondisi infrastruktur dan ekonomi hancur, Jepang dan Jerman masih memiliki penduduk dengan kualitas pendidikan yang sangat baik.  

Mengutip filsuf Yunani, Plato, ‘Jika seorang laki-laki mengabaikan Pendidikan, maka dia akan lumpuh hingga akhir hidupnya.’ Pendidikan adalah kekuatan. Ada banyak bukti dan riset yang menyokong kesimpulan bahwa investasi pada pendidikan yang berkualitas sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara, tak terkecuali bagi Indonesia.

Sesuai amanat konstitusi yang tertuang dalam Pasal 31 ayat 4 UUD 1945 Amandemen ke 4, sejak belasan tahun terakhir Pemerintah mengalokasikan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari APBN dan APBD. Hari ini, saat Indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional, seperti apa kualitas pendidikan di Indonesia?

Lantaran sangat beragamnya kondisi di Tanah Air, tak mudah mengukur mutu pendidikan di Indonesia. Sekolah-sekolah dan perguruan tinggi terbaik di Indonesia sebagian besar berkumpul di Pulau Jawa. Sebagian riset menunjukkan kualitas pendidikan di Indonesia masih jauh tertinggal dari negara-negara maju.

Laporan Trends in International Mathematics and Science Study (TIMMS) oleh International Association for the Evaluation of Educational Achievement(IEA) dan Lynch School of Education di Boston College pada 2015, menempatkan Indonesia pada urutan ke-45 dari 50 negara yang dikaji dalam hal penguasaan matematika. 

Penguasaan matematika anak kelas 4 SD di Indonesia, hanya ada di atas Yordania, Arab Saudi, Maroko, Afrika Selatan, dan Kuwait. Skor yang diperoleh murid-murid kelas 4 SD di Indonesia hanya 397, jauh di bawah Singapura 618, Korea Selatan 608, dan Jepang, 593. Salah satu contoh soal matematika dalam TIMMS 2015 yang diberikan adalah 512 x 3. Hanya separuh murid sekolah kelas 4 di Indonesia yang bisa menjawab soal relatif sederhana itu dengan benar.

Hasil tes Programme for International Student Assessment (PISA) oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2018 juga menunjukkan hasil yang kurang lebih sama. Sama-sama kurang menggembirakan. Berdasar tes PISA (mengukur penguasaan matematika, sains dan membaca) pada anak sekolah Indonesia berusia 15 tahun pada 2018, kita hanya mendapat angka 379 untuk matematika dan berada pada urutan ke-73 dari 79 negara yang mengikuti tes PISA. Sementara dalam hal penguasaan sains, siswa Indonesia ada di urutan ke-71.  

Skor yang dicapai murid sekolah Indonesia pada 2018, tak jauh beranjak dari angka yang didapat pada tes PISA sejak pertama kali mengikuti tes pada tahun 2001. Indonesia kalah jauh dari negara-negara maju, bahkan dari negara tetangga seperti Singapura dan Vietnam. 

Republik Sosialis Vietnam yang bisa dibilang baru usai perang pada 1975 bukan lah negara yang makmur dan kaya raya. Namun hasil tes Programme for International Student Assessment (PISA) oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) pada tahun 2012 dan 2015 membuat banyak orang terheran-heran. Pada 2012, Vietnam yang baru pertama kali ikut tes PISA untuk mengukur kemampuan matematika, sains, dan membaca pada anak usia 15 tahun, mendapatkan skor 511 untuk matematika dan menempati urutan ke-15. 

Dalam artikel bertajuk Unraveling a Secret Vietnam’s Outstanding Performance on the PISA Test, dua peneliti dari Bank Dunia, Suhas D. Parandekar dan Elisabeth K. Sedmik, mengupas pelbagai faktor yang mungkin ada di balik keunggulan anak-anak Vietnam dalam matematika dan sains. Salah satu hal terpenting, menurut Suhas dan Elisabeth, adalah faktor budaya. Anak-anak sekolah di Vietnam bekerja lebih keras. Mereka jarang sekali datang terlambat masuk kelas, apalagi sampai membolos sekolah. Anak-anak sekolah Vietnam juga terbiasa menambah jam belajar usai sekolah. 

Penulis : Sapto Pradityo

Editor : Sapto Pradityo


RELATED ARTICLES AND VIDEOS

Generic placeholder image

Menggali Potensi Anak Muda melalui Bernalar Berdaya di SMAN 85 Jakarta

LAINNYA

Aug 23 2024, 15.40

Melalui acara seperti ini, MudaBerdaya berharap dapat terus menjadi jembatan bagi generasi muda untuk tumbuh menjadi pribadi yang lebih kritis, percaya diri, dan berdaya.


Generic placeholder image

Padukan Budaya dan Kuliner, Festival Dua Generasi di Mangkunegaran Resmi Dibuka

LAINNYA

Aug 17 2024, 18.28

Acara ini lebih dari sekadar festival, tetapi juga sebagai perwujudan dari semangat kolaborasi yang mendalam.


Generic placeholder image

Malam Penuh Nostalgia dalam Tur Sheila On 7 ‘Tunggu Aku Di’ Makassar

LAINNYA

Aug 11 2024, 07.26

Lebih dari 20.000 penggemar setia memadati area konser, menciptakan suasana penuh memori dan membawa penonton kembali ke hari-hari di mana mereka tumbuh bersama lagu-lagu favorit Sheila On 7.


Generic placeholder image

Antusiasme Bubuhan Samarinda Buka Tur Sheila On 7 ‘Tunggu Aku Di’

LAINNYA

Jul 27 2024, 23.13

Konser dimulai dengan laku pembuka Pejantan Tangguh yang langsung menghentak para penonton di malam minggu yang syahdu.


Generic placeholder image

Transformasi Perpajakan: Core Tax System Tingkatkan Efisiensi dan Keadilan Bisnis

EKONOMI & BISNIS

Jul 19 2024, 17.37

Perlunya pengembangan sistem ini sebagai langkah yang krusial mengingat keterbatasan jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS).


Copyright Katadata 2022