Google Akan Kumpulkan Data Tingkat Metana di Seluruh Dunia
TEKNOLOGI DIGITAL
Feb 15 2024, 20.44
Raksasa teknologi Google mendukung proyek satelit yang akan diluncurkan pada bulan depan yang akan mengumpulkan data tentang tingkat metana di seluruh dunia. Satelit baru ini akan mengorbit 300 mil di sekitar Bumi, 15 kali per hari.
Gas metana diyakini oleh para ilmuwan sebagai kontributor utama pemanasan global, karena gas ini memerangkap panas. Banyak metana yang dihasilkan dari pertanian dan pembuangan limbah, tetapi proyek Google akan fokus pada emisi metana di pabrik minyak dan gas.
Perusahaan-perusahaan yang mengekstraksi minyak dan gas secara teratur membakar atau mengeluarkan metana. Proyek baru ini merupakan kolaborasi antara Google dan Environmental Defense Fund, sebuah kelompok iklim global nirlaba.
Data yang diambil oleh satelit akan diproses oleh alat kecerdasan buatan raksasa teknologi ini dan digunakan untuk menghasilkan peta metana yang bertujuan untuk mengidentifikasi kebocoran metana pada infrastruktur minyak dan gas di seluruh dunia.
Namun perusahaan ini mengatakan bahwa jika mereka mengidentifikasi kebocoran yang signifikan, mereka tidak akan secara khusus memberi tahu perusahaan pemilik infrastruktur yang bertanggung jawab atas kebocoran tersebut.
"Tugas kami adalah menyediakan informasi. Peemerintah dan regulator akan menjadi pihak yang memiliki akses terhadap informasi tersebut dan mereka yang akan memaksakan perubahan apa pun,” kata juru bicara Google dikutip dari laman BBC.
Tidak ada aturan internasional untuk mengendalikan emisi metana. Uni Eropa telah menyetujui serangkaian proposal yang bertujuan untuk menguranginya, termasuk memaksa operator minyak dan gas untuk memperbaiki kebocoran.
Di sektor batu bara, pembakaran akan dilarang di negara-negara anggota mulai 2025. Peta Google, yang akan dipublikasikan di Earth Enginenya, tidak akan ditampilkan secara real time, dengan data yang dikirim kembali dari satelit setiap beberapa minggu.
Pada 2017, Badan Antariksa Eropa meluncurkan instrumen satelit serupa yang disebut Tropomi, yang memetakan keberadaan gas-gas di atmosfer, termasuk metana. Itu adalah misi dengan masa hidup minimal tujuh tahun, yang berarti bisa berakhir tahun ini.
Carbon Mapper, yang menggunakan data Tropomi, merilis laporan pada 2022 yang mengindikasikan bahwa gumpalan metana terbesar terlihat di Turkmenistan, Rusia, dan Amerika Serikat. Namun, tutupan awan membuat data tersebut tidak mencakup Kanada atau Cina.
NASA mengatakan bahwa kadar gas metana telah meningkat lebih dari dua kali lipat dalam 200 tahun terakhir, dan 60% di antaranya dihasilkan oleh aktivitas manusia. Kontributor utama dari persentase tersebut adalah hewan ternak: khususnya sapi. Karena cara mereka mencerna makanannya, sendawa dan kentut sapi mengandung metana.