Bekerja dari rumah atau Working From Home (WFH) memungkinkan orang untuk makan lebih sehat, mengurangi stres, dan memiliki tekanan darah yang lebih rendah.

Pekerja jarak jauh ini juga tergolong pegawai yang rajin, karena mereka cenderung tak pernah mengambil cuti sakit, cenderung bekerja lebih lama dan bekerja malam hari, serta di akhir pekan.

Menurut sebuah tinjauan literatur akademis berskala besar tentang tempat kerja pasca pandemi, pekerja jarak jauh juga  cenderung makan lebih banyak, minum lebih banyak, merokok lebih banyak, sehingga mudah mengalami penambahan berat badan.

Kajian yang didanai oleh National Institute for Health and Care Research Health Protection Research Unit dalam Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat - sebuah kemitraan antara Badan Keamanan Kesehatan Inggris, King's College London, dan University of East Anglia - mempertimbangkan 1.930 makalah akademis mengenai bekerja di rumah, teleworking, serta jenis-jenis hibrida dan kerja di rumah dalam upaya untuk menyaring penelitian yang sering kali bertentangan.

Prof Neil Greenberg, seorang psikiater di King's College London dan salah satu penulis studi ini mengatakan, studi ini menunjukkan bahwa para pekerja dan perusahaan perlu mulai mempertimbangkan bekerja di rumah dengan keseriusan yang sama seperti ketika mereka bekerja di kantor.

"Di masa lalu saat bekerja di kantor, orang-orang menyadari bahwa jika Anda menempatkan semua orang di ruangan yang sama tanpa kedap suara, itu semua tidak menyenangkan dan Anda tidak akan mendapatkan tenaga kerja yang produktif," kata Prof Neil Greenberg, dikutip dari The Guardian.

"Sekarang kita telah beralih ke budaya bekerja di rumah, masuk akal bagi organisasi dan pemerintah untuk memastikan bahwa orang-orang yang bekerja di rumah melakukannya dengan cara yang seefektif mungkin,” lanjut Greenberg.

Kajian yang diterbitkan dalam Journal of Occupational Health ini mengidentifikasi tiga tema - lingkungan kerja di rumah, dampaknya terhadap kehidupan dan karier pekerja, serta dampaknya terhadap kesehatan mereka. 

Greenberg mengatakan, penelitian ini menunjukkan ada sisi positif dan negatif di banyak bidang dalam bekerja di rumah. Lingkungan kerja tergantung pada seberapa banyak ruang yang tersedia di rumah, peralatan yang tersedia, dan seberapa besar kendali yang dimiliki pekerja atas hari mereka.

Orang-orang yang berpenghasilan lebih tinggi sering kali lebih menikmati bekerja di rumah. Tetapi perempuan yang juga bekerja dari rumah justru cenderung mengalami stres, karena memiliki lebih banyak tanggung jawab seperti mengasuh anak, atau mengerjakan pekerjaan rumah tangga.

"Secara keseluruhan, orang-orang merasa lebih produktif di rumah," ujar Greenberg. 

"Hal ini sangat baik untuk hal-hal yang kreatif, tetapi jauh lebih sulit untuk menangani hal-hal yang membosankan. Banyak orang yang khawatir dengan prospek karier - perasaan bahwa jika Anda tidak hadir di kantor, Anda akan diabaikan,” tutur Greenberg.

Salah satu studi mengungkapkan, 46,9% karyawan yang bekerja dari rumah mengalami kenaikan berat badan, dan studi lainnya menyebutkan angka 41%. Sebagian besar makalah yang diulas menunjukkan bahwa pekerja rumahan lebih banyak duduk.

“Para manajer perlu memikirkan cara untuk mendukung para pekerja rumahan dan membantu menciptakan lingkungan kerja mereka,” tukas Greenberg.

"Ada pepatah yang bagus dalam ilmu pengetahuan bahwa pada titik tertentu, kita harus berhenti mengagumi masalah dan benar-benar memikirkan solusi," imbuh Greenberg.

"Kita sudah mengetahui cukup banyak sekarang. Jadi kita perlu bertanya 'apa pelatihan terbaik untuk seseorang yang akan menjadi pekerja rumahan? Yang tidak perlu kita lakukan adalah bertanya 'apakah melatih seseorang untuk melakukan pekerjaan rumah akan membantu? Jawabannya sudah pasti ya,” tambah Greenberg.