Danantara, Perpaduan Pemikiran Sumitro dan Asta Cita sebagai Referensi Operasional

blog_10

EKONOMI & BISNIS

Jun 03 2025, 21.30

Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) merupakan perwujudan pemikiran Sumitro Djojohadikusumo untuk mengoptimalkan aset negara ke berbagai area yang penting dan strategis bagi Indonesia. 

Managing Director Finance BPI Danantara Arief Budiman mengatakan Danantara memadukan pemikiran Sumitro dan Asta Cita sebagai referensi operasionalnya.  Menurut Arief, gagasan Asta Cita yang diusung Presiden Prabowo Subianto meliputi delapan instrumen, mencakup hilirisasi, ketahanan pangan, hingga produktivitas ekonomi dan inovasi. 

 “Danantara ini kira-kira dalam bentuknya itu memang untuk merealisasikan hal ini,” ujar Arief ketika menyampaikan pidato kunci mewakili Kepala BPI Danantara Rosan Roeslani, di Simposium Nasional "Sumitronomics dan Arah Ekonomi Indonesia" yang diselenggarakan Katadata dan didukung oleh Ikatan Alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indoesia, di Jakarta, Selasa (3/6). 

Arief menyebut Prabowo dalam pidato peluncuran BPI Danantara pada 24 Februari 2025 menyatakan Danantara bukan sekadar dana investasi. 

"Danantara bukan sekadar dana investasi, melainkan instrumen, alat pembangunan nasional yang harus bisa mengubah cara kita mengelola kekayaan bangsa demi kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia," kata Prabowo.

Arief mengungkapkan, Danantara akan menerima investasi US$ 5 miliar atau sekitar Rp 81,4 triliun dalam enam hingga sembilan bulan ke depan. 

"Dari delapan sektor dalam Asta Cita, yang akan difokuskan pertama adalah industri mineral, energi terbarukan, infrastruktur digital, kesehatan, layanan keuangan, industri infrastruktur, industri, dan pangan," kata Arief.

Sementara itu, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek), Prof. Stella Christie, menyebutkan diperlukan 60 ribu anak bangsa yang bertalenta untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja unggul pada 21 proyek hilirisasi tahap pertama di tahun 2025 dan mengerek pertumbuhan ekonomi. 

“Ini hanya memperlihatkan kebutuhan riil dari tenaga kerja unggul yang diperlukan,” kata Stella.

Stella menambahkan, untuk bisa mendapatkan tenaga kerja sebanyak itu, diperlukan penguatan pendidikan tinggi dan perguruan tinggi vokasi. Ia menyebutkan bahwa perlu 30 ribu teknisi untuk mengoperasikan kilang minyak, 15 ribu operator pabrik dimethyl ether (DME), 5.000 spesialis big data untuk sistem employment outlook nasional, serta 10.000 ahli smelter untuk pabrik pengolahan tembaga dan alumunium. Ia mencontohkan industri pengolahan mineral jarang atau rare-earth di Morowali mayoritas tenaga kerja ahlinya adalah tenaga kerja asing. 

Penulis : Tim Publikasi Katadata

Editor : Doddy Rosadi


RELATED ARTICLES AND VIDEOS

Event Akan Datang

View all events

Related Events

 Apr 05 2022

 Sep 07 2022

 Mar 21 2023

Copyright Katadata 2022