Pasar tradisional sebenarnya bisa ditemukan di semua negara, di seluruh penjuru dunia. Tapi hanya di Indonesia bisa ditemukan pasar tradisional yang unik, dan itu pun tidak semua kota/kabupaten memilikinya.
Pasar tradisional nan unik itu bisa ditemukan di beberapa daerah saja di Indonesia, contohnya di Yogyakarta, Banjarmasin, hingga Wamena di Provinsi Papua.
Dilansir dari berbagai sumber, berikut ini tujuh pasar unik yang bisa ditemukan hanya di Indonesia.
1. Pasar Terapung Muara Kuin (Banjarmasin, Kalimantan Selatan)
Pasar Terapung Muara Kuin, atau Pasar Terapung Sungai Barito adalah pasar tradisional yang berada di atas Sungai Barito, di muara Sungai Kuin, Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Pasar Terapung Muara Kuin merupakan ikon Kota Banjarmasin, yang mana para pedagang dan pembeli menggunakan jukung (perahu dalam Bahasa Banjar). Pasar ini memulai aktivitas para pedagangnya setelah salat Subuh, sampai selepas pukul tujuh pagi.
2. Pasar Bisu (Sumatera Barat)
Sama seperti namanya, transaksi jual beli di Pasar Bisu ini dilakukan tanpa suara. Untuk berkomunikasi, para penjual dan pembeli akan melakukan marosok, di mana tangan mereka ditutupi kain atau peci, lalu bertukar isyarat dengan saling meraba jari.
3. Pasar Papringan (Temanggung, Jawa Tengah)
Pasar Papringan Ngadiprono, atau yang lebih dikenal dengan nama pendek Pasar Papringan adalah pasar tradisional unik yang berlokasi di Dusun Ngadiprono, Desa Ngadimulyo, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.
Pasar tradisional unik ini digagas oleh Singgih Susilo Kartono, pembuat Radio Kayu Magno dan Spedagi Bamboo Bike asal Desa Kandangan, Temanggung. Singgih Susilo Kartono merupakan lulusan Institut Teknologi Bandung jurusan Desain Produk.
Pasar Papringan dibuka setiap hari Minggu Wage dan Pon, mulai pukul 06:00 sampai 12:00 WIB setiap bulannya. Meski hanya buka dua hari, pasar tradisional unik ini selalu dipadati oleh pengunjung, bahkan tak jarang ada pengunjung dari luar Temanggung yang datang ke pasar tersebut untuk tujuan wisata.
Dikatakan unik, karena pasar tradisional ini digelar di bawah rerimbunan rumpun bambu, sehingga hawanya terasa sejuk dan segar, serta cerah saat sinar matahari masuk melalui celah-celah pohon bambu.
Untuk transaksi jual beli, para pedagang dan pembeli menggunakan alat tukar berupa uang keping bambu. Dan selain makanan, di pasar ini juga dijual berbagai kerajinan dan sayur-mayur.
4. Pasar 46 (Jambi)
Jika umumnya ke pasar adalah pagi hari, tapi Pasar 46 di Jambi ini beroperasi dari sore hingga petang, yakni pukul 16.00 sampai 18.00 waktu setempat.
5. Pasar Klithikan (Yogyakarta)
Pasar Klithikan adalah pasar tradisional yang menjual barang bekas dan antik. Pada awalnya, Pasar Klithikan ini merupakan pasar hewan, tapi kemudian pasar hewan dipindah ke Ambarketawang Gamping dengan pertimbangan, pasar hewan tidak layak ditempatkan di tengah kota.
Pembangunan Pasar Klithikan ini merupakan relokasi pedagang Klithikan yang berasal dari Jalan Mangkubumi, Jalan Asem Gede dan Alun-alun Kidul. Pasar Klithikan ini di resmikan pada 11 November 2007, oleh Menteri UKM dan Koperasi Bapak Surya Dharma Ali.
6. Pasar Bolu (Toraja Utara)
Tidak seperti namanya, Pasar Bolu di Toraja Utara yang memiliki luas empat hektar ini tidak menjual kue, melainkan kerbau. Di pasar yang hanya berjarak sekitar dua kilometer dari pusat kota Toraja ini, para pembeli bebas memilih kerbau dari berbagai ukuran dan jenis.
7. Pasar Kaget (Wamena, Papua)
Yang membuat unik, Pasar Kaget di Wamena, Provinsi Papua ini berlokasi di tengah hutan belantara, dan untuk sampai ke pasar itu dibutuhkan pemandu agar tidak tersesat.
Para pedagang di pasar tradisional ini sebagian besar adalah Suku Dani, suku asli Provinsi Papua. Sementara itu, barang-barang yang dijual pun tak ubahnya seperti pasar lainnya, yakni barang-barang kebutuhan masyarakat dan kerajinan tradisional Papua.