Seni Tato Tertua di Dunia ada di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat
GAYA HIDUP
Jul 15 2024, 15.01
Vokalis Red Hot Chili Peppers (RHCP), Anthony Kiedis, belum lama ini berlibur ke Indonesia, tepatnya di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Sebuah foto yang diunggah ke media sosial memperlihatkan Kiedis duduk bersama dua orang penduduk lokal yang merupakan sirekei atau dukun Mentawai. Kabarnya, Kiedis menghabiskan liburan selama delapan hari di Mentawai pada bulan April 2024.
Fakta bahwa Anthony Kiedis berlibur ke Mentawai merupakan kabar baik bagi sektor pariwisata Indonesia. Hal ini bisa menjadi momen promosi untuk memperkenalkan pariwisata Indonesia, khususnya di Kepulauan Mentawai, agar lebih dikenal lebih luas lagi.
Apalagi, Mentawai memiliki potensi pariwisata dan ekonomi kreatif yang menarik, termasuk seni tato tradisional yang sudah mendunia, yang dikenal dengan nama Seni Rajah.
Anda yang baru pertama kali bertemu dengan suku Mentawai jangan kaget, jika seluruh tubuh mereka dipenuhi dengan tato. Hal ini tentunya dilatarbelakangi oleh sifat tato yang berfungsi sebagai identitas bagi suku Mentawai. Pemilihan motif tato juga tidak sembarangan, karena ukiran di tubuh orang Mentawai mencerminkan tanah asal, status sosial, dan kehebatan berburu.
Menariknya, menurut tradisi Mentawai, tato juga merepresentasikan keseimbangan alam. Masyarakat setempat percaya bahwa segala sesuatu memiliki jiwa, sehingga mereka mengabadikan benda-benda seperti batu, hewan, dan tumbuhan di tubuh mereka.
Sejarah dan Proses Tato Mentawai
Melansir dari laman resmi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Seni Rajah atau tato di Mentawai bukanlah hal yang baru. Kabarnya, seni merajah tubuh di Mentawai sudah ada sejak tahun 1.500 S, dan diwariskan secara turun-temurun oleh suku Mentawai. Hal ini juga yang menjadikan seni tato Mentawai sebagai seni tato tertua di dunia.
Aspek lain yang menarik dari seni tato Mentawai adalah proses tradisional dalam pembuatannya. Berbeda dengan metode pembuatan tato modern, tato Mentawai masih menggunakan teknik konvensional. Sebelum menato, sipatiti atau seniman tato melakukan upacara dengan sikerei. Setelah itu, sipatiti memulai dengan membuat sketsa garis besar di area tubuh yang akan ditato.
Jarum kayu tradisional sebagai alat pembuatan tato dimasuki pewarna alami yang berasal dari campuran daun pisang, dan arang tempurung kelapa ke dalam kulit selama pembuatan tato. Sipatiti dengan lembut mengoleskan pewarna ke tubuh dengan mengetuknya dengan tongkat kayu.
Makna Motif Tato Mentawai
Setiap tato tradisional Mentawai dibuat secara berbeda, sesuai dengan peran masing-masing orang dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu hal yang paling mudah dikenali adalah tato pria Mentawai yang berbeda dengan tato wanita Mentawai.
Biasanya, tato di tubuh pria dari suku Mentawai berupa garis hitam yang melengkung dari bahu kanan ke bahu kiri, melambangkan anak panah atau gambar binatang buruan. Di sisi lain, wanita Mentawai memiliki tato berupa subba atau tangguk, yang melambangkan peran mereka dalam menangkap ikan di sungai.
Sementara itu, gambar atau motif tato untuk masyarakat lokal yang berperan sebagai pemburu atau sikerei juga akan berbeda. Sebagai contoh, seorang pemburu Mentawai menggunakan tato sesuai dengan hewan buruannya, seperti babi, rusa, monyet, burung, atau buaya. Sementara itu, seorang sikerei umumnya memiliki tato bintang "Sibalu-balu".