Lima Kebiasaan Sehat Ini Bisa Kurangi Risiko Sindrom Iritasi Usus Besar

GAYA HIDUP

Feb 21 2024, 16.35

Menerapkan gaya hidup sehat adalah strategi efektif untuk mengelola gejala yang berhubungan dengan sindrom iritasi usus besar (IBS). Sebuah penelitian baru-baru ini mengungkapkan bahwa menerapkan gaya hidup sehat, khususnya menerapkan lima kebiasaan tertentu, dapat mengurangi risiko terkena kondisi tersebut.

Dilansir dari Medical Daily, sindrom iritasi usus besar (IBS) adalah kelainan gastrointestinal fungsional yang menyebabkan gejala seperti sakit perut berulang dan kebiasaan buang air besar tidak teratur, termasuk bentuk atau frekuensi tinja yang tidak normal. Kondisi ini berdampak pada sekitar 5% hingga 10% populasi global.

Penyebab pasti IBS tidak diketahui. Namun, para ahli mengaitkannya dengan disfungsi poros usus-otak. Faktor gaya hidup tertentu diketahui berhubungan dengan peningkatan risiko IBS, seperti kurang tidur, merokok, dan kurang aktivitas fisik. Gejala IBS mungkin dipicu oleh faktor seperti stres atau makanan tertentu.

Para peneliti dari studi terbaru mengevaluasi bagaimana kombinasi dari 5 kebiasaan sehat seperti tidak pernah merokok; minimal 7 jam tidur setiap malam; aktivitas fisik berat tingkat tinggi setiap minggu; diet seimbang berkualitas tinggi setiap hari; dan asupan alkohol dalam jumlah sedang - memengaruhi timbulnya IBS.

Menurut hasil penelitian yang dipublikasikan di BMJ Journals Gut, menerapkan setidaknya tiga hingga lima kebiasaan ini dikaitkan dengan penurunan risiko pengembangan IBS sebesar 42%. Individu yang lebih banyak mematuhi perilaku sehat memiliki penurunan risiko lebih besar terkena sindrom iritasi usus besar.

Selain itu, kebiasaan sehat seperti tidak merokok, aktivitas fisik berat tingkat tinggi, dan tidur cukup secara independen dikaitkan dengan penurunan risiko IBS.

Analisis ini didasarkan pada tanggapan dari 64.286 peserta yang menyelesaikan setidaknya dua kuesioner ingatan makanan selama 24 jam. Para peserta ditindaklanjuti selama periode pemantauan rata-rata 12,5 tahun. Selama periode ini, 961 peserta mengembangkan IBS.

Sebelum tindak lanjut dimulai, 7.604 peserta mengatakan mereka tidak mengikuti satupun dari lima perilaku gaya hidup sehat, sementara 20.662 melaporkan satu perilaku, 21.901 melaporkan dua perilaku, dan 14.101 melaporkan mengikuti 3 hingga 5 perilaku.

“Setelah memperhitungkan faktor-faktor yang berpotensi berpengaruh, semakin tinggi jumlah perilaku sehat, semakin rendah risiko IBS. Satu perilaku dikaitkan dengan risiko 21% lebih rendah, sementara 2 perilaku dikaitkan dengan risiko 36% lebih rendah; dan 3 hingga 5 perilaku dikaitkan dengan risiko 36% lebih rendah. Dikaitkan dengan risiko 42% lebih rendah Meskipun lebih kecil dibandingkan bila digabungkan, 3 perilaku sehat secara independen dikaitkan dengan risiko IBS yang lebih rendah: tidak pernah merokok (14% lebih rendah), aktivitas fisik tingkat tinggi (17% lebih rendah); dan tidur malam yang nyenyak (27% lebih rendah)," kata rilis berita tersebut.

Studi ini memberikan bukti bahwa kepatuhan terhadap sejumlah besar perilaku gaya hidup sehat, seperti tidak pernah merokok, tidur yang optimal, aktivitas fisik tingkat tinggi, kualitas makanan yang tinggi, dan asupan alkohol dalam jumlah sedang, secara signifikan dikaitkan dengan risiko lebih rendah terhadap kejadian IBS berikutnya.

Selain itu, temuan menunjukkan bahwa modifikasi gaya hidup harus dipertimbangkan sebagai strategi pencegahan utama IBS.

Penulis : Maidian Reviani

Editor : Maidian Reviani

BERITA TERKINI

1

Sheila On 7 Akhiri Tur 'Tunggu Aku Di' dengan Konser Spektakuler di Bandung

Sep 29 2024, 13.02

2

Cerita Para Gen Z Nonton Konser Sheila on 7

Sep 29 2024, 10.55

3

Kisah Klasik di Konser Sheila on 7 untuk Masa Depan

Sep 29 2024, 09.10

4

Konser Pamungkas Sheila on 7 di Bandung Disaksikan 30 Ribu Penonton

Sep 29 2024, 02.37

5

Lima Rekomendasi Kuliner di Nusa Dua Bali

Sep 28 2024, 13.13

RELATED ARTICLES AND VIDEOS

Studi Ungkap Wanita Kehilangan Lebih Banyak Tahun Hidup Pasca Serangan Jantung

GAYA HIDUP

Jul 12 2024, 08.52

Wanita mengalami kehilangan harapan hidup lebih besar daripada pria, dan efeknya lebih signifikan pada mereka yang mengalami gangguan fungsi jantung setelah serangan jantung.