Hadapi Tantangan Global, Profesional Humas Muda Harus Menyeimbangkan Tradisi dengan Teknologi
LAINNYA
Nov 22 2024, 11.22
Profesional humas muda harus membawa perspektif baru dan solusi inovatif untuk bidang kehumasan. Teknologi juga harus dimanfaatkan tanpa meninggalkan identitas dan juga tradisi.
Ketua Umum Perhumas Boy Kelana mengungkapkan, ketika teknologi dan inovasi mendorong manusia untuk maju, namun identitas dan nilai-nilai nasional harus tetap menjadi acuan.
“Hari ini kita berada di Bali, tempat yang kaya akan kearifan, harmoni, dan kreativitas. Kami diingatkan akan pentingnya menyeimbangkan tradisi dengan teknologi. Bali mengajarkan kita bahwa bahkan di tengah perubahan, akar kita tetap membumi. Bagi para profesional PR muda, ini adalah pelajaran yang sangat penting,” kata Boy dalam pembukaan hari keempat World Public Relations Forum 2024 di Nusa Dua, Bali, Jumat (22/11/2024).
Boy menambahkan, untuk menjadi seorang pengubah permainan bukan hanya tentang mendobrak norma melainkan tentang menciptakan perubahan berarti yang bermanfaat bagi masyarakat. Untuk menjadi pemimpin masa depan, kata Boy, membutuhkan visi, empati, dan kemampuan beradaptasi.
“Tantangan yang kita hadapi saat ini-perubahan iklim, informasi yang salah, dan dominasi teknologi-menuntut para pemimpin muda yang tidak hanya dibekali dengan keterampilan, tetapi juga prinsip. Di dunia yang semakin didominasi oleh teknologi dan kecerdasan buatan (AI), para profesional humas muda harus memanfaatkan alat-alat ini secara etis dan bertanggung jawab,” lanjut Boy.
Menurut Boy, AI menawarkan potensi yang luar biasa untuk mentransformasi komunikasi. Namun, humas yang profesional harus memastikan bahwa teknologi ini melayani kemanusiaan tanpa mengorbankan nilai-nilai seperti kejujuran, empati, dan akuntabilitas.
“Di sinilah Perhumas mengambil langkah dengan mengintegrasikan Kode Etik AI ke dalam kerangka kerja kami-memastikan bahwa teknologi mendukung, bukan merusak, komunikasi yang bertanggung jawab,” jelas Boy.
Kepada seluruh anggota Perhumas Muda, Boy mengingatkan untuk terus mempromosikan nilai-nilai Indonesia-keberagaman, persatuan, dan saling menghormati-di panggung global.
“Sebagai anggota Perhumas Muda, Anda memiliki kesempatan unik untuk memadukan strategi modern dengan kearifan lokal. Memastikan kisah Indonesia didengar, dihormati, dan dirayakan di seluruh dunia, Indonesia Bicara Baik. Sebagai bagian dari Aliansi Global untuk Manajemen Humas dan Komunikasi, Perhumas dengan bangga menghubungkan Indonesia dengan komunitas humas internasional,” kata Boy.
Boy menambahkan, bagi para profesional PR muda, menjadi bagian dari jaringan global ini berarti tidak hanya menjadi bagian dari komunitas PR di Indonesia, tetapi juga menjadi bagian dari gerakan global.
Kata Boy, ini adalah momen profesional PR muda untuk belajar, berkolaborasi, dan memimpin dalam skala global, mewujudkan prinsip komunikasi yang bertanggung jawab dalam setiap interaksi.
“Tidak pernah ada waktu yang lebih baik untuk menjadi muda. Anda hidup di era dengan kemungkinan yang tak terbatas, di mana ide dapat mengubah industri, dan suara dapat menciptakan revolusi. Dengan peluang besar, datang pula tanggung jawab besar. Sebagai profesional PR muda, Anda dipercayakan dengan kekuatan untuk membentuk narasi, mempengaruhi opini, dan mendorong perubahan,” pungkas Boy.
President & CEO Global Alliance Justin Green meminta kepada seluruh anak muda untuk percaya dengan kemampuannya sendiri. Kata dia, hal ini penting untuk bisa mendapatkan pekerjaan di industri mana pun di dunia.
“Anda tahu dyslexia? Saya mengalami dyslexia sejak kecil yaitu tidak bisa membaca alphabet hingga kini. Namun, seperti yang Anda lihat, saya sudah bekerja dengan banyak orang penting di dunia. Ini artinya tidak ada hal yang tidak mungkin. Orang Afrika bilang, semuanya mungkin bersama Tuhan. Jadi, percaya lah kepada diri Anda sendiri,” pungkas Justin.
Erick emphasized that the public relations profession is currently facing situations related to misinformation, hoaxes, and free access for everyone to create content or information independently.
Erick menekankan profesi humas saat ini menghadapi situasi terkait misinformasi, hoaks, dan akses bebas bagi semua orang untuk membuat konten atau informasi secara mandiri.