Mengenal Bantengan, Warisan Budaya Kabupaten Malang yang Penuh Keberanian

blog_10

LAINNYA

Apr 30 2025, 07.39

Kesenian Bantengan yang merupakan warisan budaya Kabupaten Malang bukan sekedar sebuah pertunjukan, tapi juga cerminan dari jiwa masyarakat Kabupaten Malang yang tangguh, berani dan selalu menjunjung tinggi nilai-nilai luhur.

Dilansir dari akun media sosial resmi Kabupaten Malang, kesenian Bantengan diperkirakan sudah ada sejak zaman Kerajaan Singhasari, yang berpusat di Kabupaten Malang pada abad ke-13 M. Pada masa itu, Bantengan belum memiliki wujud seperti sekarang, yang menggunakan topeng kepala banteng. Tarian yang dilakukan lebih sederhana dan erat kaitannya dengan gerakan Kembangan, yaitu teknik dalam pencak silat yang berfungsi sebagai tarian pemanasan sebelum bertarung.

Salah satu tokoh yang sering dikaitkan dengan sejarah kesenian Bantengan adalah Joko Umbaran, yakni seorang pahlawan rakyat dalam cerita-cerita rakyat yang beredar di Malang Raya. Joko Umbaran digambarkan sebagai sosok yang memiliki kekuatan layaknya banteng, yang berjuang membela rakyat dari ancaman orang-orang yang berniat jahat. Cerita Joko Umbaran sering ditampilkan dalam pertunjukan Bantengan sebagai simbol perlawanan terhadap penindasan dan ketidakadilan.

Pertunjukan Bantengan terdiri dari beberapa elemen utama, yaitu penari, pawang dan pemain musik tradisional. Musik yang digunakan biasanya gamelan, kendang dan gong. Dalam pementasan Bantengan klasik, penari sering kali mengalami kerasukan (kesurupan), yang dipercaya sebagai bentuk komunikasi antara roh leluhur, atau makhluk gaib dengan manusia.

Sebelum pertunjukan Bantengan dimulai, pawang akan melakukan ritual khusus dengan memanggil roh leluhur guna meminta perlindungan untuk para pemain.  Ritual yang dilakukan diyakini dapat memberi kekuatan kepada para penari Bantengan. Hal ini memberikan kesan, bahwa Bantengan bukan hanya sekedar hiburan, tapi juga ritual spiritual yang sarat makna.

Bantengan tidak hanya sebuah pertunjukan seni, tapi juga berfungsi sebagai media pendidikan dan penyebaran nilai-nilai luhur seperti keberanian, solidaritas dan cinta tanah air. Dalam kesenian ini juga mengajarkan nilai-nilai moral yang dianut oleh masyarakat Jawa, di antaranya adalah menghormati leluhur, menjaga harmoni alam dan membela kebenaran. Nilai-nilai moral itu tersampaikan secara simbolis melalui tarian dan cerita yang ditampilkan.

Pada zaman modern, meskipun Bantengan telah mengalami banyak perubahan, terutama dalam hal teknis pementasan, esensi dari kesenian ini tetap terjaga. Banyak komunitas Bantengan di Kabupaten Malang yang terus melestarikan kesenian ini, bahkan mengadakan festival tahunan untuk menjaga keberlanjutannya.

Penulis : Dewi Mariya Ulfah

Editor : Doddy Rosadi


RELATED ARTICLES AND VIDEOS

Copyright Katadata 2022