Mayoritas Kasus Kanker Paru di Indonesia Terdiagnosis saat Sudah Stadium 4

blog_10

LAINNYA

May 19 2025, 12.52

Kanker paru masih menjadi ancaman kesehatan serius di Indonesia. Dokter sepsialis paru Subspesialis Onkologi Toraks dari MRCCC Siloam Hospitals, dr. Sita Laksmi Andarini mengungkapkan, penyakit ini bukan hanya menduduki peringkat atas dalam daftar penyebab kematian akibat kanker, tapi juga semakin banyak menyerang usia muda. Sayangnya, sebagian besar kasus baru terdeteksi saat sudah memasuki stadium lanjut.
 
 "Di Indonesia, kanker paru pada perempuan ditemukan rata-rata pada usia 58 tahun, sedangkan di luar negeri sekitar 68 tahun. Itu berarti 10 tahun lebih muda," kata dr. Sita di acara Siloam Oncology Summit (SOS) 2025 di Jakarta.
 
Kanker paru merupakan penyebab kematian nomor satu akibat kanker pada laki-laki. Sementara pada perempuan, penyakit ini menempati posisi ke-6. Secara keseluruhan, kanker paru berada di peringkat ketiga terbanyak di Indonesia untuk kedua jenis kelamin.
 
Lebih mengkhawatirkan lagi, 90% kasus kanker paru di Indonesia terdiagnosis saat sudah berada di stadium 4, yaitu saat sel kanker sudah menyebar luas. Ini membuat pengobatan menjadi lebih kompleks, lebih lama, dan lebih mahal.
 
dr. Sita, menjelaskan, ada beberapa faktor yang menyebabkan tingginya angka kanker paru di Indonesia. Salah satunya adalah tingginya prevalensi merokok, terutama pada laki-laki.
 
"Sekitar 67 persen laki-laki di Indonesia adalah perokok aktif. Tapi yang tak kalah berisiko adalah perokok pasif. Risiko terkena kanker paru pada perokok pasif meningkat empat kali lipat dibandingkan yang tidak terpapar asap rokok," jelas dr. Sita.
 
Penggunaan rokok elektrik atau vape juga patut diwaspadai. Banyak yang menganggapnya aman karena tidak menghasilkan asap seperti rokok biasa. Namun faktanya, vape mengandung nikotin dan bahan kimia lain yang berbahaya.
 
Efek sampingnya mungkin belum terlihat sekarang, tapi akan muncul 10–15 tahun ke depan.
Polusi udara dan paparan bahan kimia berbahaya juga menjadi faktor yang tidak bisa diabaikan. Terlebih lagi, banyak orang terpapar dalam waktu lama tanpa menyadari dampaknya.
 
Deteksi dini atau screening kanker paru sangat penting untuk meningkatkan peluang kesembuhan. Sayangnya, masih banyak orang yang belum mengetahui bahwa screening bisa dilakukan sebelum muncul gejala apa pun seperti batuk atau sesak napas.
 
Menurut dr. Sita, kelompok yang masuk kategori berisiko tinggi dan perlu melakukan screening antara lain:
 
 - Usia di atas 45 tahun dengan riwayat merokok aktif atau pasif
 - Pernah bekerja di lingkungan dengan paparan bahan kimia
 - Punya riwayat fibrosis paru atau tuberkulosis
 - Usia di atas 40 tahun dan memiliki riwayat keluarga dengan kanker
 
"Walaupun kanker paru bukan penyakit keturunan, tapi kerentanan atau risiko (vulnerability) bisa lebih tinggi jika ada anggota keluarga yang pernah mengidap kanker," pungkas dr.Sita.

Jika kanker paru terdeteksi sejak awal, pengobatan bisa dilakukan melalui operasi dan pasien berpeluang sembuh total. Namun jika sudah masuk stadium lanjut, pengobatan tergantung pada jenis kanker dan hasil pemeriksaan molekuler seperti mutasi EGFR, ALK, dan PD-L1.
 
Pengobatannya bisa berupa tablet (targeted therapy), kemoterapi, imunoterapi, atau kombinasi semuanya. "Seluruh jenis pengobatan kanker paru saat ini sudah tersedia di Indonesia," tegas dr. Sita.
 
 

Penulis : Doddy Rosadi

Editor : Doddy Rosadi


RELATED ARTICLES AND VIDEOS

Generic placeholder image

Run for Hope 2025, Dukungan kepada Pejuang Kanker dan Apresiasi bagi Tenaga Medis

LAINNYA

Feb 09 2025, 10.03

Run for Hope 2025 mengambil tema Remembering Cancer Warriors.


Copyright Katadata 2022