Down Syndrome Bukan Hambatan untuk Menjadi Penari Profesional
LAINNYA
Jan 20 2024, 14.19
June Lin berusia 12 tahun saat menari untuk pertama kali bersama teman-teman sekelasnya di Towner Gardens School, Singapura yang melayani anak-anak berkebutuhan khusus. Dia masih ingat bagaimana perasaannya saat bergerak mengikuti musik di atas panggung.
"Menari membuat saya merasa senang dan bersemangat," kata Lin berseri-seri mengingat kenangan itu.
Perempuan berusia 39 tahun ini sekarang menari secara profesional di Apsara Asia, sebuah perusahaan sosial yang memanfaatkan seni pertunjukan untuk memberikan keterampilan hidup kepada orang-orang dengan kemampuan yang beragam.
Lin bekerja di sana sebagai penari dan pelatih dan mendedikasikan sebagian besar hari kerjanya untuk berlatih gaya tarian baru dan berlatih untuk pertunjukan yang akan datang.
Bagi Lin, kecintaannya pada tarian dimulai dari lingkungan yang mendukung. Orang tuanya, Jean Wang dan Lim Joe Ann, mendukung Lin sejak usia dini. Meskipun mereka diberitahu bahwa anak-anak dengan down syndrome akan terbatas dalam banyak hal, mereka mendukung Lin untuk menekuni minat dan hobinya, mulai dari menari hingga seni dan kerajinan tangan.
Ketika tampil di acara Apsara Asia, orang tuanya, kakak laki-laki dan istrinya, ada di sana untuk mendukung Lin. Obrolan grup keluarga mereka di WhatsApp dipenuhi dengan video Lin yang sedang menari di atas panggung.
Supervisornya di Apsara Asia, Kavitha Krishnan, adalah seorang teman dan mentornya sejak lama. Koreografer dan direktur artistik berusia 52 tahun ini, yang akrab disapa Kavi oleh Lin, tak kenal lelah mengadvokasi Lin dan para penari lain dengan down syndrome di ruang seni pertunjukan lokal.
"Saya telah mengenal Kavi selama 25 tahun dalam hidup saya. Dia membuat saya bahagia, dan mengajari saya banyak nilai dan pelajaran hidup yang penting, seperti merawat diri sendiri, merias wajah saya sendiri, dan datang tepat waktu agar saya tidak melewatkan pelajaran menari,” kata Lin kepada Channel News Asia.
Sebagai bagian dari Apsara Asia, Lin telah tampil di depan penonton yang berbeda dengan penari lainnya, banyak di antaranya memiliki down syndrome atau cacat intelektual lainnya.
"Ketika saya berada di atas panggung, saya merasa sangat gugup dan khawatir, terutama ketika saya tahu begitu banyak orang yang menonton. Tapi ketika saya mulai menari, saya merasa senang dan saya hanya berpikir untuk bergerak dan menari mengikuti irama musik,” kata Lin.
Baru-baru ini Lin tampil dalam seri film tari SEEDS, sebuah kolaborasi antara Maya Dance Theatre, Diverse Abilities Dance Collective, dan Apsara Asia.
Film tari ini mendapat sambutan yang sangat positif sehingga mereka melakukan perjalanan ke Solo, Indonesia, untuk tampil di festival Solo International Performing Arts 2023. Pertunjukan tersebut juga disiarkan di televisi Indonesia.
"Salah satu perasaan terbaik adalah mendengar orang-orang bertepuk tangan untuk saya. Ketika saya melihat dan mendengar tepuk tangan, saya merasa bangga pada diri saya sendiri. Rasanya luar biasa dan saya tidak pernah ingin berhenti menari,” ujar Lin.
Dulu Lin berpikir pilihan karirnya terbatas pada pekerjaan-pekerjaan yang sederhana dan kasar. Persepsinya dibentuk oleh kesalahpahaman di masyarakat bahwa penyandang disabilitas intelektual hanya dapat melakukan tugas-tugas dasar untuk mencari nafkah.
“Saya dulu bekerja sebagai petugas di Mount Faber, saya menyapa orang-orang di depan kereta gantung dan memberikan permen. Saya juga pernah menjadi pelayan, saya menerima pesanan makanan dan minuman, saya melayani dan mengikuti daftar pesanan. Tapi itu sulit bagi saya dan saya tidak bahagia,” kata Lin.
Di Apsara Asia, Lin merasa sangat nyaman.
"Ketika saya menari, itu sangat menyenangkan dan saya merasa bebas dan ketika saya menari dengan teman-teman saya atau mengajar orang lain menari, saya menjadi sangat bangga dengan diri saya sendiri,” cerita Lin.
Kemampuan Lin untuk mengekspresikan dirinya melalui tarian telah memberikan hasil yang memuaskan.
"Saya ingin orang lain seperti saya tahu bahwa mereka bisa mencoba dan melakukan segala macam pekerjaan. Pekerjaan kantor, pekerjaan administrasi, pekerjaan pabrik, seniman, penari - jika ada orang yang membantu Anda, Anda bisa melakukan hampir semua hal,” pungkas Lin.
Lin sudah membuktikan bahwa down syndrome bukanlah hambatan untuk menekuni hobinya menjadi penari profesional.