8,5 Juta Komputer di Seluruh Dunia Terkena Dampak Gangguan CrowdStrike
TEKNOLOGI DIGITAL
Jul 21 2024, 16.30
Microsoft memperkirakan sekitar 8,5 juta komputer di seluruh dunia terkena dampak dari gangguan teknologi informasi karena proses pembaruan perangkat lunak atau update software yang dilakukan oleh perusahaan keamanan siber CrowdStrike.
Gangguan (down) pada perangkat dengan sistem operasi Microsoft di berbagai negara dan mengakibatkan kekacauan pada sistem komputer global pada Jumat (19/7) lalu. Imbasnya, layanan penerbangan, saluran televisi, hingga bank di berbagai negara lumpuh.
Ini menjadi peristiwa dunia maya terburuk dalam sejarah. Di blog resmi Microsoft, perusahaan menyebut jumlah komputer yang mengalami gangguan kurang dari 1 persen dari semua komputer yang menjalankan Windows di seluruh dunia.
Namun, gangguan tersebut memengaruhi dunia dan mengganggu layanan sejumlah fasiilitas publik. Kesalahan ini disebabkan oleh pembaruan yang rusak yang dikeluarkan oleh perusahaan keamanan Crowdstrike yang menyebabkan komputer yang menjalankan Windows mengalami kerusakan.
Hal ini menyebabkan kekacauan di sebagian besar dunia antara lan penerbangan yang tidak dapat lepas landas atau mendarat, beberapa bisnis tidak dapat menerima pembayaran dengan kartu, serta rumah sakit dan klinik yang harus membatalkan operasi.
CEO Crowdstrike, George Kurtz, meminta maaf atas kekacauan yang terjadi. Kata dia, perusahaan telah melakukan perbaikan dan komputer perlahan-lahan kembali normal. Namun, kemungkinan besar perlu waktu beberapa waktu sebelum semua sistem berjalan normal.
Kurtz mengatakan hanya kliennya yang menggunakan perangkat Windows yang terdampak oleh masalah ini. Sementara pengguna dengan perangkat Mac dan Linux tidak terdampak. Kurtz juga menyebut, cacat pada pembaruan yang menyebabkan masalah komputasi global ini telah diidentifikasi, diisolasi, dan perbaikan telah dilakukan.
“Saya tidak terlalu terkejut bahwa sebuah kecelakaan menyebabkan gangguan digital global yang parah. Saya kira saya sedikit terkejut bahwa penyebabnya adalah pembaruan perangkat lunak dari perusahaan keamanan siber yang sangat dihormati,” kata Ciaran Martin, mantan Kepala Pusat Keamanan Siber Nasional Inggris kepada Euronews.
“Kami sudah lama berbicara di industri ini tentang kerapuhan yang melekat pada bagian-bagian dasar internet, bagian-bagian kecil dari aktivitas dan infrastruktur yang menopang semuanya dan jika terjadi kesalahan, hal itu dapat menimbulkan konsekuensi global yang sangat serius,” ujar Martin.