UNDP: Hampir 50 Persen Warga Myanmar Jatuh Miskin karena Perang Saudara
EKONOMI & BISNIS
Apr 13 2024, 11.48
Myanmar pernah digadang sebagai salah satu negara dengan perekonomian paling menjanjikan di Asia Tenggara. Pertumbuhan kelas menengah di negara itu juga terus meningkat. Kini, negara itu mengalami lonjakan tingkat kemiskinan akibat perang saudara.
Laporan terbaru dari Perserikatan Bangsa-Bangsa mengungkapkan, puluhan juta orang di Myanmar jatuh dalam kemiskinan. Hampir setengah dari populasi Myanmar yang berjumlah 54 juta berada di bawah garis kemiskinan.
Berdasarkan temuan dari para peneliti dari Program Pembangunan PBB (UNDP).49,7% orang hidup dengan pendapatan kurang dari 76 sen dolar AS per hari atau meningkat dua kali lipat sejak tahun 2017,
Tiga tahun setelah militer mengambil alih kekuasaan dalam sebuah kudeta, situasi ekonomi di negara itu dengan cepat memburuk hingga ke titik di mana kelas menengah berisiko tersingkir. Keluarga-keluarga dipaksa untuk mengurangi konsumsi makanan, kesehatan, dan pendidikan karena inflasi yang melonjak.
Para peneliti memberikan gambaran yang mengkhawatirkan di mana 25% orang di Myanmar menggantungkan hidupnya tepat di atas garis kemiskinan pada Oktober 2023.
"Situasi ini kemungkinan akan semakin memburuk pada saat laporan ini dirilis. Sejak saat itu, konflik yang semakin meningkat telah menyebabkan lebih banyak orang kehilangan mata pencaharian mereka, dan banyak bisnis yang tutup,” kata peneliti dari UNDP dilansir dari laman CNN.
Myanmar telah membuat kemajuan yang solid dalam mengurangi kemiskinan, terutama sejak dimulainya transisi demokrasi dari pemerintahan militer pada 2011 yang mendorong reformasi ekonomi dan politik.
Bank Pembangunan Asia mencatat, pada 2016, Myanmar memiliki pertumbuhan ekonomi tercepat di kawasan ini antara 2011 dan 2019. Bahkan, Bank Dunia mengungkapkan, ekonomi Myanmar tumbuh rata-rata 6% per tahun.
Negara ini secara efektif mengurangi separuh tingkat kemiskinannya dari 48,2% pada 2005 menjadi 24,8% pada tahun 2017. Namun, kudeta militer pada 2021, yang menggulingkan pemerintahan Aung San Suu Kyi yang terpilih secara demokratis, menjerumuskan negara ini ke dalam ketidakstabilan dan kekerasan dan membalikkan kemajuan tersebut. Kemiskinan tidak hanya meningkat dua kali lipat, tetapi orang-orang juga semakin miskin.
"Secara keseluruhan, sekitar tiga perempat dari populasi berada dalam kemiskinan, tetapi hal yang sangat menakutkan adalah mereka yang bertahan hidup sekarang hanya pada tingkat subsisten. Jadi, tingkat kemiskinan sangat besar," ujar Kanni Wignaraja, asisten sekretaris jenderal dan direktur regional UNDP untuk Asia.
Wignaraja mengatakan bahwa kelas menengah Myanmar benar-benar telah menghilang.
"Penurunan 50% jumlah kelas menengah dalam waktu dua setengah tahun cukup mencengangkan bagi negara ini, dan juga bagi negara manapun," ujar Wignaraja.
Laporan ini didasarkan pada lebih dari 12.000 wawancara yang dilakukan selama tiga bulan antara Juni dan Oktober 2023 dan merupakan salah satu survei nasional terbesar yang dilakukan dalam beberapa tahun terakhir.