Traction Energy Asia Ungkap Dampak Buruk Penggunaan CPO untuk Bahan Bakar

blog_10

EKONOMI & BISNIS

Jul 11 2024, 19.40

Penggunaan minyak kelapa sawit atau CPO sebagai bahan baku utama untuk produksi energi hijau seperti biodiesel menimbulkan kekhawatiran tentang dampaknya terhadap sektor pangan.  Hal ini bisa memicu  perluasan lahan kelapa sawit yang menekan lingkungan, meningkatkan deforestasi dan melepas emisi karbon, terutama dari pabrik pengolahan minyak kelapa sawit yang mengeluarkan gas metana. 

Direktur Eksekutif Traction Energy Asia Tommy Pratama mengungkapkan, peningkatan deforestasi berpotensi berdampak negatif pada lingkungan, keanekaragaman hayati dan upaya mengurangi emisi gas rumah kaca. Deforestasi yang terjadi pada saat pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit berkontribusi pada kehilangan keanekaragaman hayati dan pelepasan emisi karbon yang signifikan. 

“Traction Energy Asia mengapresiasi Menko Maritim dan Investasi yang baru-baru ini menyatakan bahwa akan menggunakan minyak jelantah atau limbah dari kelapa sawit untuk menjadi bahan bakar aviasi (penerbangan),” kata Tommy dalam acara peluncuran Working Paper Pemodelan Dampak Penggunaan CPO Di Indonesia: Antara Kebutuhan Pangan dan Bahan Bakar di Jakarta (11/7/2024).

Pemerintah telah menerapkan program mandatori biodiesel sejak 2018. Percepatan dilakukan dengan menerapkan B30 pada 2020. Sejak 2023, B30 ini telah ditingkatkan menjadi B35, yang artinya kadar biodiesel ditingkatkan lagi dari 30% menjadi 35% pada campuran dengan bahan bakar solar konvensional. Hal ini sejalan dengan pernyataan pemerintah untuk terus meningkatkan proporsi minyak nabati dalam bahan bakar. 
 
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro, Firmansyah menjelaskan, kebijakan bauran biodiesel seperti B30 dan B35 dapat menyebabkan kekurangan minyak sawit di masa depan.
 
“Pertumbuhan lahan perkebunan sawit diasumsikan sebesar 1% - 1,74% berdasarkan data historis melalui deforestasi atau alih fungsi lahan dari hutan ke perkebunan. Jika lahan yang digunakan untuk perkebunan sawit terbatas, sehingga kelangkaan CPO untuk pangan akan terjadi lebih cepat,” ujar Firmansyah.
 
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan, upaya mendorong bauran minyak kelapa sawit menjadi bahan bakar bisa membuat situasi lebih buruk. 
 
“Apa benar tingkat polusi masyarakat di kota bisa turun karena ada peningkatan bauran energi? Bagaimana dengan masyarakat di desa? Mereka kesulitan karena lahan berkurang, kemiskinan meningkat, stunting atau kekurangan gizi kronis bisa makin naik dan klaim jaminan kesehatan meningkat,” kata Bhima.
 
Bhima mendorong cara pandang alternatif selain penggunaan bahan bakar minyak dan solar yang boros dalam komponen biaya logistik di Indonesia. 
 
“Bukan bahan bakarnya yang terus menerus kita sediakan. Ini memperkaya perusahaan-perusahaan pengolah bahan bakar itu. Memperkaya para aktornya,” ujar Bhima. 
 
Sebagai salah satu minyak nabati terbanyak yang dikonsumsi dunia, CPO memiliki peran penting dalam industri pangan. Data dari United States Department of Agriculture (USDA) memproyeksikan produksi CPO Indonesia mencapai 45,5 juta ton pada periode 2022/2023. Proyeksi volume produksi tersebut menjadikan Indonesia dengan penghasil CPO yang terbesar di dunia. 
 
Namun, volume produksi Indonesia sejak 2019, bahkan melebihi proyeksi USDA. Berdasarkan data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), produksi CPO pada 2019 mencapai puncaknya, sebesar 47,18 juta ton. Tahun-tahun berikutnya, memang mengalami penurunan, tetapi volume produksi tetap tinggi, di kisaran 46-47 juta ton. Data terakhir, pada 2022, menunjukkan produksi CPO mencapai 46,73 juta ton. 
 
Berdasarkan data GAPKI tersebut, volume produksi CPO Indonesia tetap tinggi walau pada 2019 Uni Eropa yang menghentikan penggunaan sawit untuk biodiesel. 
 
Kertas kerja (working paper) berjudul: Pemodelan Dampak Penggunaan CPO Di Indonesia: Antara Kebutuhan Pangan dan Bahan Bakar merupakan hasil penelitian dari Traction Energy Asia. 
 
Traction Energy Asia adalah lembaga penelitian independen terdiri para peneliti berbagai bidang disiplin ilmu pengetahuan dengan fokus pada isu perubahan iklim, pengurangan emisi gas rumah kaca, upaya percepatan transisi ke energi bersih, pembangunan berkelanjutan, alih fungsi lahan, perlindungan hutan, hukum dan pertanian berkelanjutan.  
 

Penulis : Doddy Rosadi

Editor : Doddy Rosadi


RELATED ARTICLES AND VIDEOS

Generic placeholder image

Traction Energy Asia: Pemakaian Minyak Jelantah Harus Diatur

EKONOMI & BISNIS

Aug 06 2024, 06.11

Jika minyak jelantah tidak diatur, maka akan segera terjadi kegagalan pasar.


Event Akan Datang

View all events

 Sep 10 2025, 00.00

Related Events

 Apr 05 2022

 Sep 07 2022

 Mar 21 2023

Copyright Katadata 2022