Terpapar Rokok Sejak Kecil Tingkatkan Risiko Diabetes di Kemudian Hari
GAYA HIDUP
Mar 22 2024, 15.17
Merokok telah diidentifikasi sebagai faktor risiko timbulnya diabetes. Temuan penelitian terbaru yang mengevaluasi hampir setengah juta orang dewasa dari UK Biobank menyimpulkan bahwa paparan tembakau sebelum kelahiran, serta mulai merokok sejak masa kanak-kanak atau remaja, secara signifikan meningkatkan risiko terkena diabetes Tipe 2 di kemudian hari.
Penelitian sebelumnya menemukan bahwa perokok memiliki risiko 30%–40% lebih tinggi terkena diabetes tipe 2 jika dibandingkan dengan mereka yang tidak merokok.
“Namun, bagaimana paparan tembakau pada usia dini dapat berdampak pada perkembangan diabetes Tipe 2, serta apakah hubungan ini bervariasi berdasarkan kecenderungan genetik yang berbeda terhadap diabetes Tipe 2 masih belum jelas,” kata Victor Wenze Zhong, penulis studi senior pada studi terbaru tersebut, dilansir dari Medical Daily.
Para peneliti menggunakan data dari 476.000 orang dewasa untuk mengevaluasi hubungan antara paparan tembakau sebelum lahir dan mulai merokok pada masa kanak-kanak (usia 5-14 tahun) atau remaja (usia 15-17 tahun) dengan timbulnya diabetes tipe 2.
Dengan menggunakan skor risiko poligenik (penilaian risiko berdasarkan genetika), para peneliti memperkirakan potensi interaksi dan dampak gabungan dari paparan tembakau pada masa awal kehidupan dan kerentanan genetik terhadap risiko pengembangan diabetes Tipe 2.
Mereka juga mempelajari apakah gaya hidup sehat di masa dewasa dapat memengaruhi perkembangan diabetes tipe 2 di kalangan individu berisiko tinggi. Di antaranya pola makan sehat, olahraga, tidur cukup, berat badan normal, dan tidak merokok.
Ini adalah temuan penting:
1) Paparan tembakau pada usia dini, yang mencakup paparan sebelum lahir atau mulai merokok pada masa kanak-kanak atau remaja, berkaitan erat dengan perkembangan diabetes tipe 2. Hubungan ini sangat penting bagi individu dengan kecenderungan genetik terhadap penyakit ini.
2) Paparan tembakau sebelum melahirkan dikaitkan dengan risiko diabetes tipe 2, 22% lebih tinggi dibandingkan dengan bukan perokok.
3) Risiko diabetes meningkat secara signifikan berdasarkan usia orang mulai merokok: individu yang memulai kebiasaan tersebut pada masa kanak-kanak memiliki risiko dua kali lipat, sedangkan mereka yang memulai kebiasaan tersebut pada masa remaja memiliki risiko 57% lebih tinggi. Mereka yang mulai merokok saat dewasa memiliki risiko 33% lebih tinggi dibandingkan orang yang tidak pernah merokok.
4) Pada orang yang terpapar tembakau pada usia dini dan memiliki skor risiko genetik yang tinggi, risiko diabetes bahkan lebih tinggi. Jika dibandingkan dengan bukan perokok yang mempunyai risiko genetik rendah, mereka mempunyai risiko 330% lebih tinggi jika mereka terpapar sebelum lahir, risiko 639% lebih tinggi jika mereka mulai merokok pada masa kanak-kanak, dan risiko 427% lebih tinggi jika mereka mulai merokok pada masa remaja.
Namun, dengan menjalani gaya hidup sehat di kemudian hari, risiko tersebut dapat dikurangi secara signifikan sebesar 67% hingga 81% dibandingkan individu yang tidak menjalani gaya hidup sehat.
Para peneliti percaya bahwa penelitian mereka membawa harapan bagi individu yang berisiko tinggi, karena perubahan gaya hidup dapat menurunkan risiko terkena diabetes.
“Meskipun paparan tembakau pada usia dini dan kecenderungan genetik bukanlah hal yang dapat dikendalikan oleh anak-anak, hasil penelitian kami memberikan bukti bahwa faktor gaya hidup dapat secara kuat mengubah risiko diabetes Tipe 2. Hal ini penting bagi individu, terutama mereka yang terpapar tembakau sejak dini dan dengan risiko genetik yang tinggi terkena diabetes Tipe 2, untuk mematuhi gaya hidup sehat untuk mengurangi risiko terkena diabetes Tipe 2 saat dewasa,” kata Zhong.
Zhong memperingatkan bahwa penelitian ini hanya menemukan hubungan antara paparan tembakau pada usia dini dan diabetes tipe 2, bukan hubungan sebab akibat antara keduanya.
Wanita mengalami kehilangan harapan hidup lebih besar daripada pria, dan efeknya lebih signifikan pada mereka yang mengalami gangguan fungsi jantung setelah serangan jantung.