40% Wanita Lebih Berisiko Depresi Selama Perimenopause
GAYA HIDUP
May 03 2024, 16.56
Sebuah studi baru menemukan bahwa wanita pada tahap perimenopause, periode sebelum menopause yang ditandai dengan penurunan fungsi ovarium secara bertahap dan berhentinya masa reproduksi, memiliki peningkatan risiko mengalami depresi.
Dilansir dari Medical Daily, perimenopause terjadi sekitar tiga sampai lima tahun sebelum timbulnya menopause dan berlangsung hingga satu tahun setelah menstruasi terakhir seorang wanita. Pada tahap ini, kadar estrogen dan progesteron mulai berfluktuasi sehingga menyebabkan gejala menopause, termasuk perubahan suasana hati dan siklus menstruasi yang tidak teratur.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa tahapan menopause yang berbeda dikaitkan dengan peningkatan risiko gejala dan diagnosis depresi.
Menurut penelitian terbaru yang diterbitkan dalam Journal of Affective Disorders, terdapat peningkatan risiko depresi pada tahap perimenopause sebesar 40% dibandingkan dengan tahap pramenopause. Namun, penelitian tersebut tidak menemukan peningkatan risiko depresi secara signifikan pada tahap pascamenopause dibandingkan wanita pramenopause.
Temuan ini didasarkan pada meta-analisis dari tujuh penelitian yang melibatkan 9.141 wanita dari seluruh dunia yang mengevaluasi bagaimana berbagai tahapan menopause dikaitkan dengan depresi.
“Studi ini menunjukkan bahwa wanita dalam tahap perimenopause secara signifikan lebih mungkin mengalami depresi dibandingkan sebelum atau sesudah tahap ini. Temuan kami menekankan pentingnya mengakui bahwa wanita dalam tahap kehidupan ini lebih rentan mengalami depresi. Penelitian ini juga menggarisbawahi perlunya untuk memberikan dukungan dan pemeriksaan bagi perempuan guna membantu mengatasi kebutuhan kesehatan mental mereka secara efektif,” kata penulis senior Dr. Roopal Desai dalam siaran persnya.
“Perempuan menghabiskan waktu bertahun-tahun dalam hidup mereka untuk menghadapi gejala-gejala menopause yang dapat berdampak besar pada kesejahteraan dan kualitas hidup mereka. Temuan kami menunjukkan betapa signifikannya penderitaan kesehatan mental perempuan perimenopause selama masa ini. Kita memerlukan kesadaran dan dukungan yang lebih besar untuk mengatasi gejala-gejala tersebut. memastikan mereka menerima bantuan dan perawatan yang tepat baik secara medis, di tempat kerja dan di rumah,” kata penulis terkait, Profesor Aimee Spector.
Namun, ada keterbatasan tertentu dalam penelitian ini. Kriteria dan ukuran yang digunakan dalam berbagai penelitian untuk mengevaluasi tahap menopause dan depresi bervariasi, sehingga menyebabkan variabilitas pada beberapa hasil. Selain itu, hanya ada penelitian terbatas yang membandingkan tahap perimenopause dan pascamenopause.
Wanita mengalami kehilangan harapan hidup lebih besar daripada pria, dan efeknya lebih signifikan pada mereka yang mengalami gangguan fungsi jantung setelah serangan jantung.