Ini Hal yang Terjadi pada Otak Saat sedang Jatuh Cinta

blog_10

GAYA HIDUP

May 17 2024, 11.09

Cinta romantis dapat membuat seseorang merasa aman dan tidak terkendali pada saat yang sama, seperti halnya saat seseorang itu menggunakan narkoba. Dalam TedTalk tahun 2008 yang berjudul "The Brain in Love," antropolog biologi Helen Fisher menggambarkan cinta romantis sebagai obsesi, dorongan, dan kecanduan.

Fisher dan rekan-rekannya melakukan beberapa studi MRI fungsional (fMRI), yang meneliti pemindaian otak orang-orang yang mengatakan bahwa mereka sedang jatuh cinta. Mereka menemukan bahwa bagian-bagian tertentu dari otak, khususnya area tegmental ventral kanan dan nukleus kaudat kanan, diaktifkan ketika para peserta diperlihatkan gambar-gambar orang yang mereka cintai.

Bagian-bagian otak ini terlibat dalam sistem penghargaan dan pelepasan dopamin, zat kimia otak yang dikenal sebagai "hormon bahagia".

Lucy L. Brown, PhD, seorang ahli saraf yang bekerja dengan Fisher dan salah satu pendiri situs web The Anatomy of Love mengatakan bahwa cinta itu mirip dengan "sakau".

"Faktanya, ini menggunakan sistem yang sama dengan yang digunakan kokain untuk membuat kita merasa teler," kata Brown, dikutip dari Very Well Health.

Apa yang Terjadi pada Otak Saat Jatuh Cinta?

Bahan kimia otak seperti "hormon cinta" oksitosin, vasopresin, norepinefrin, dan opioid terstimulasi ketika seseorang sedang jatuh cinta.

Norepinefrin, yang berperan dalam respons fight-or-flight tubuh bertanggung jawab atas detak jantung yang meningkat, berkeringat, dan kegelisahan saat pertama kali jatuh cinta. Tetapi vasopresin dan oksitosin adalah hormon yang membantu membentuk hubungan yang mendalam, serta memotivasi perilaku defensif yang melindungi pasangan atau keluarga dari bahaya.

Semua hormon ini berinteraksi dengan dopamin, yang sangat penting untuk merasakan cinta yang tinggi dan mendalam.

"Cara lain untuk memikirkannya adalah bahwa cinta romantis sebenarnya adalah sistem bertahan hidup. Ini adalah bagian dari serangkaian perilaku dasar yang kita butuhkan untuk bertahan hidup, dan bersama dengan dorongan seks, untuk meneruskan gen kita," tutur Brown.

Cinta tidak hanya menyebabkan perubahan hormon di otak dan tubuh, tapi juga mengaktifkan perilaku yang memfasilitasi sebuah hubungan, menurut sebuah penelitian terbaru yang diterbitkan dalam Behavioral Sciences. Seseorang mungkin akan lebih bersedia mengubah rutinitas untuk memprioritaskan pasangannya, atau bahkan mengubah pakaian serta tingkah lakunya, untuk membuat dirinya lebih diinginkan oleh orang yang ia cintai.

"Oksitosin dan dopamin bekerja sama untuk membuat orang yang kita cintai memiliki 'makna khusus'. Hal ini membuat informasi tentang orang yang kita cintai menjadi sangat penting bagi otak," kata Adam Bode, B Psych (Hons)/ LLB, penulis utama studi ini, sekaligus kandidat PhD dalam antropologi biologi di Australian National University.

Penelitian ini adalah yang pertama kali meneliti hubungan antara cinta romantis dan sistem aktivasi perilaku, yang terlibat dengan penghargaan dan motivasi.

"Meskipun cinta romantis biasanya dikaitkan dengan emosi yang kuat, namun pada dasarnya, cinta romantis adalah tentang perilaku. Kita mengalami pikiran dan perasaan yang kuat dengan tujuan untuk membuat kita berperilaku dengan cara tertentu di sekitar orang yang kita cintai," ujar Bode.

Apa yang Membuat Pasangan tetap Bersama dalam Jangka Panjang?

Agar pasangan dapat tetap bersama, mereka membutuhkan lebih dari sekadar chemistry otak.

Robert W. Levenson, PhD, seorang profesor psikologi di UC Berkeley yang mempelajari sekitar 150 pernikahan jangka panjang selama lebih dari 20 tahun mengatakan bahwa, kemampuan pasangan untuk menenangkan satu sama lain, dan menenangkan diri saat keadaan memanas adalah hal yang penting untuk pernikahan yang kuat.

"Humor, jika digunakan dengan terampil, adalah salah satu cara untuk menenangkan satu sama lain, dan ini bisa sangat efektif," ungkap Levenson.

Ketika seseorang mengatakan bahwa ia mencari pasangan dengan selera humor yang baik, kata Levenson, itu bisa berarti bahwa orang itu mencari pasangan yang memiliki keterampilan untuk membantunya menenangkan sistem sarafnya.

Selama saat-saat konflik yang intens, para pasangan harus dapat berbagi momen tawa dan emosi positif bersama, agar sistem saraf otomatis menjadi tenang, tambahnya.

Meskipun mengetahui bagaimana cara mengatasi argumen penting untuk hubungan yang kuat, Brown mengatakan bahwa pasangan jangka panjang yang ingin menjaga percikan romantis tetap hidup, harus terus mengaktifkan sistem penghargaan otak dengan sengaja. Hal ini dapat dilakukan dengan menjadwalkan kencan malam atau berpelukan di tempat tidur.

Bagi sebagian orang, cinta romantis tampak lebih seperti pengalaman spiritual, dan tidak dapat dijelaskan oleh ilmu saraf. Namun Brown mengatakan, bahwa memahami bagaimana cinta romantis bekerja tidak akan menghilangkan kenikmatannya.

"Kita semua dilahirkan untuk mengalami keajaiban, kekaguman, dan keajaiban - dan ini semua adalah bagian dari hal tersebut. Mengetahui tentang sistem ini tidak akan mengurangi perasaan ajaib Anda," tukas Brown. 

Penulis : Dewi Mariya Ulfah

Editor : Doddy Rosadi


RELATED ARTICLES AND VIDEOS

Copyright Katadata 2022