Udara Jakarta Lagi Tidak Sehat, Waspada Sejumlah Penyakit Ini
GAYA HIDUP
Aug 10 2023, 14.15
DKI Jakarta kembali menduduki posisi atas dengan kualitas udara terburuk di dunia. Menurut data dari perusahaan teknologi kualitas udara asal Swiss, IQAir, Jakarta konsisten berada di 10 kota paling berpolusi di dunia sejak Mei lalu.
Dikutip dari laman IQAir pukul 13.42 WIB, indeks kualitas udara di Ibu Kota tercatat di angka 156 dan konsentrasi partikel debu halus/PM2.5 mencapai 13.2 kali nilai dari panduan kualitas udara tahunan WHO.
Polusi udara ini memang menjadi masalah lingkungan, karena berdampak pada kesehatan manusia. Sebab, terdapat sejumlah penyakit respirasi yang diakibatkan polusi udara dengan prevalensi tinggi. Seperti penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), pneumonia, kanker paru, tuberkulosis, dan asma.
Dilansir dari laman Kementerian Kesehatan RI, dari 10 penyakit dengan kasus terbanyak per 100.000 penduduk di Indonesia, 4 diantaranya merupakan penyakit respirasi, antara lain PPOK 145 kejadian dengan 78,3 ribu kematian, kanker paru 18 kejadian dengan 28,6 ribu kematian, pneumonia 5.900 kejadian dengan 52,5 ribu kematian, dan asma 504 kejadian dengan 27,6 ribu kematian.
Kemudian, tidak hanya berdampak pada kesehatan masyarakat, penyakit respirasi juga memberikan tekanan pada anggaran BPJS untuk menanggung biaya pengobatan penyakit akibat polusi udara. Faktor risiko polusi udara terhadap penyakit respirasi ini pun cukup tinggi. PPOK memiliki risiko 36,6%, pneumonia 32%, asma 27,95%, kanker paru 12,5%, dan tuberkulosis 12,2%.
Menurut data BPJS Kesehatan selama periode 2018-2022, anggaran yang ditanggung untuk penyakit respirasi juga mencapai angka yang signifikan dan memiliki kecenderungan peningkatan tiap tahunnya. Pneumonia menelan biaya sebesar Rp. 8,7 triliun, tuberkulosis Rp. 5,2 triliun, PPOK Rp. 1,8 triliun, asma Rp 1,4 triliun, dan kanker paru Rp. 766 miliar.
Dokter spesialis paru, sekaligus Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, dr. Agus Dwi Susanto, SpP belum lama ini pada acara media daring oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Selasa (8/8/2023), mengatakan bahwa dalam jangka waktu pendek, paparan polusi udara dapat memicu masalah pernapasan berupa batuk, infeksi saluran napas, hingga risiko asma pada orang-orang yang sebelumnya tidak memiliki riwayat asma.
Di samping itu, polusi udara juga berisiko memicu penyakit kardiovaskular. Di antaranya yakni penyakit stroke. Stroke adalah kondisi dimana ketika pasokan darah ke otak mengalami pengurangan dan gangguan akibat penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik).
Agus mengatakan, sekitar 23 hingga 37 persen kematian dini akibat stroke disebabkan oleh polusi udara yang sangat buruk. Bahkan, ia mengungkapkan bahwa polutan berdampak tujuh kali lipat terhadap stroke secara umum.
Tidak hanya itu, dr. Agus juga mengatakan, anak-anak yang menghirup polutan atau zat berbahaya setiap hari dapat mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan, termasuk gangguan kognitif.
Selain itu, sejumlah riset di beberapa negara dengan polusi udara tinggi, seperti Bangladesh, Afrika, dan China, menemukan bahwa polutan menimbulkan risiko stunting pada anak dua kali lebih tinggi.
Wanita mengalami kehilangan harapan hidup lebih besar daripada pria, dan efeknya lebih signifikan pada mereka yang mengalami gangguan fungsi jantung setelah serangan jantung.