Ketika anak Anda sakit batuk atau pilek, Anda hanya ingin membuat mereka merasa lebih baik. Namun, untuk membantu meringankan gejala mereka, cari berbagai pengobatan rumahan untuk anak-anak pilek daripada memberikan obat batuk dan obat pilek all-in-one.
"Obat bebas tidak benar-benar direkomendasikan untuk anak-anak," kata Hoda Mankal, seorang praktisi perawat perawatan primer di Ottawa, seperti dilansir dari Today’s Parent.
Menurut Mankal, beberapa obat yang dijual bebas di pasaran sebenarnya dapat memiliki beberapa efek samping yang berbahaya. Ini mungkin termasuk detak jantung yang meningkat atau tidak merata, sulit tidur, kantuk, mual, sembelit, dan pernapasan yang lambat atau dangkal.
Health Canada pun tidak merekomendasikan penggunaan obat batuk dan pilek yang dijual bebas untuk anak-anak di bawah usia enam tahun, dengan pengecualian obat penghilang rasa sakit anak, yang umumnya baik untuk mengobati rasa sakit dan demam di atas 38,5 celcius, bila digunakan dengan benar dan mendapat petunjuk dari dokter.
Maka dari itu, berikut adalah beberapa tips untuk melawan batuk dan pilek yang kerap menyerang anak-anak.
1. Satu sendok madu
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa menelan satu sendok teh (15 mL) madu sekitar setengah jam sebelum tidur dapat membantu Anda mendapatkan tidur malam yang lebih baik dan menenangkan batuk, kata Mankal.
Diyakini bahwa sifat antimikroba dan antibakteri dari madu mungkin sedang bekerja. Namun, ingatlah bahwa anak-anak di bawah usia satu tahun tidak boleh memiliki madu karena risiko botulisme bayi.
2. Perbanyak cairan
Menjaga anak-anak tetap terhidrasi adalah bagian yang sangat penting untuk membuat mereka merasa lebih baik, kata Jared Friesen, seorang praktisi perawat keluarga di Alberta.
“Pilek atau batuk dapat membuat anak-anak lesu, sehingga mereka tidak ingin makan atau minum banyak, yang berarti mereka bisa menjadi lebih lesu, dan siklusnya berlanjut," katanya.
Anda dapat menawarkan sejumlah makanan kecil dan terutama cairan sesering mungkin. Pilihan ramah anak- termasuk sup jus, jus dicampur dengan sedikit air.
Mankal mengatakan alternatif yang baik untuk jus adalah teh kembang sepatu buah yang didinginkan, yang berwarna cerah seperti jus tetapi tidak semanis itu.
3. Semprotan garam
Menurut Mankal, tetesan garam dan kabut dapat membantu karena garam mengendurkan lendir dan membuatnya lebih mudah bagi anak untuk mengeluarkannya dari hidung mereka.
Cobalah juga mengajari anak-anak usia enam tahun ke atas untuk berkumur dengan air garam (satu sendok teh garam meja dilarutkan dalam secangkir air hangat), untuk membantu meredakan sakit tenggorokan.
4. Pelembap
Pelembab di kamar anak Anda dapat membantu mengelola gejala batuk dan pilek, dengan menjaga saluran napas mereka tetap lembab, kata Friesen.
5. Mandi air hangat
Selain meringankan gejala flu dan batuk seperti hidung tersumbat, mandi air hangat juga bisa memberikan manfaat seperti menbuat tubuh menjadi lebih rileks dan nyaman, sehingga anak bisa istirahat dengan lebih nyaman.
Kemudian, udara lembap dari uap air yang keluar bisa mencairkan lendir yang tersumbat di dalam hidung, sehingga bisa dikeluarkan dengan lebih mudah. Serta dapat meredakan rasa nyeri badan saat anak sakit.
6. Bantal tambahan
Tambahkan bantal tambahan untuk mengangkat kepala anak Anda dan membantu anak mengatasi hidung yang tersumbat.
Namun, perlu diketahui bahwa batuk dan pilek adalah fakta kehidupan, dan tidak pendekatan ajaib untuk menghilangkan hidung tersumbat secara instan.
Akan tetapi, Anda dapat mengelola gejala dan membantu anak mendapatkan istirahat penyembuhan melalui cara-cara di atas atau datang ke dokter jika anak Anda mengalami tanda-tanda sakit flu dan batuk yang menyebabkan tersedak, muntah atau kesulitan bernapas.
Pasalnya, gejala-gejala tersebut bisa menjadi tanda bahaya bahwa anak Anda sedang menghadapi influenza atau infeksi serius lainnya. Tidak hanya itu, Anda juga harus membawa anak ke dokter jika demam mereka berlangsung lebih dari 72 jam, menurut Canadian Paediatric Society.
Wanita mengalami kehilangan harapan hidup lebih besar daripada pria, dan efeknya lebih signifikan pada mereka yang mengalami gangguan fungsi jantung setelah serangan jantung.