Sering Menatap Layar Bisa Sebabkan Masalah Buang Air Kecil di Malam Hari
GAYA HIDUP
Feb 27 2024, 09.33
Penelitian menemukan bahwa orang yang menghabiskan terlalu banyak waktu terpaku pada film, acara TV, atau video YouTube mungkin lebih rentan ingin buang air kecil di malam hari.
Nocturia atau kebutuhan untuk buang air kecil beberapa kali di malam hari, mungkin terkait dengan menghabiskan 5 jam atau lebih sehari menonton film, TV, atau video online, menurut sebuah makalah baru di jurnal Neurourology and Urodynamics.
“Penelitian kami menunjukkan bahwa individu yang menghabiskan 5 jam atau lebih dalam sehari untuk menonton TV dan/atau video secara signifikan lebih mungkin terkena nokturia,” tulis para penulis dalam makalah tersebut, seperti dilansir dari Newsweek.
Makalah ini mengungkapkan bahwa menurut data yang dikumpulkan dari 13.294 orang Amerika berusia 20 tahun ke atas antara tahun 2011 dan 2016, 32 persen orang mengalami nokturia, sementara 68 persen tidak.
Selain itu, mereka juga menemukan bahwa orang yang menghabiskan 5 jam atau lebih menonton TV atau video di siang hari memiliki risiko 48 persen lebih besar mengalami nokturia dibandingkan mereka yang menonton kurang dari 1 jam sehari.
Nokturia diketahui dapat menyebabkan kurang tidur, sehingga meningkatkan risiko beberapa masalah kesehatan.
“Nokturia tidak hanya meningkatkan kemungkinan penyakit seperti hipertensi, gangguan kardiovaskular, dan kematian, tetapi juga menjadi masalah kesehatan masyarakat yang kritis, sehingga memerlukan perhatian dan intervensi yang komprehensif,” tulis para peneliti.
Nokturia juga menjadi lebih umum seiring bertambahnya usia, sering kali disebabkan oleh perubahan fungsi dan kapasitas kandung kemih. 50 persen orang dewasa berusia di atas 50 tahun menderita penyakit ini sampai tingkat tertentu.
Seringkali hal ini merupakan gejala dari kondisi lain, seperti diabetes, infeksi saluran kemih (ISK), pembesaran prostat (pada pria), kandung kemih yang terlalu aktif, penyakit jantung, gangguan ginjal, dan gangguan neurologis. Hal ini juga dapat terjadi akibat penggunaan obat-obatan tertentu, termasuk diuretik, antihipertensi, obat penenang, dan pelemas otot.
Perawatan untuk nokturia bergantung pada penyebab yang mendasarinya. Dalam beberapa kasus, perubahan gaya hidup seperti membatasi asupan cairan sebelum tidur, menghindari kafein dan alkohol di malam hari, dan melakukan latihan kandung kemih dapat membantu mengurangi gejala. Mengatasi kondisi medis yang mendasari dan menyesuaikan pengobatan mungkin juga diperlukan.
Makalah ini tidak menyelidiki apakah paparan layar secara umum dapat menyebabkan nokturia yang lebih tinggi terjadi pada mereka yang bekerja menggunakan komputer, atau justru menonton video secara khusus.
Penelitian ini berharap dapat menyorot beberapa cara agar penderita nokturia dapat dibantu untuk mendapatkan kembali kemampuan tidur sepanjang malam.
“Seiring dengan semakin banyaknya individu yang melakukan aktivitas berbasis layar, pemahaman komprehensif tentang dampak perpanjangan waktu menonton TV dan/atau video terhadap pola nokturia sangat penting bagi profesional kesehatan dan praktisi kesehatan masyarakat,” tulis para penulis dalam makalah tersebut.
“Bagi individu yang menghabiskan waktu menonton TV dan/atau video dalam waktu lama, profesional kesehatan dapat memberikan rekomendasi intervensi perilaku, sehingga mendorong manajemen waktu pemakaian perangkat yang tepat,” penulis menambahkan.
Wanita mengalami kehilangan harapan hidup lebih besar daripada pria, dan efeknya lebih signifikan pada mereka yang mengalami gangguan fungsi jantung setelah serangan jantung.