Indonesia Dorong Kerja Sama Global untuk Atasi Persoalan Air di WWF ke-10
LAINNYA
Apr 24 2024, 20.11
Staf Ahli Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Bidang Teknologi, Industri, dan Lingkungan sekaligus Wakil Ketua I Sekretariat Nasional Penyelenggara 10th World Water Forum, Endra S. Atmawidjaja mengatakan, krisis air kini menjadi ancaman serius di banyak negara.
Menurut dia, perubahan iklim telah mengganggu siklus hidrologi, sehingga krisis air menjadi permasalahan global yang harus diselesaikan oleh setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang.
Food and Agriculture Organization (FAO) memproyeksikan pada 2050, krisis air akibat perubahan iklim akan meningkatkan kerawanan pangan. Lebih dari 500 juta petani skala kecil yang menghasilkan 80 persen sumber pangan dunia saat ini menjadi kelompok yang paling rentan.
Tak hanya itu, krisis air juga berpotensi menyebabkan konflik antarwilayah hingga antarnegara. Sebut saja Iran dan Afghanistan, lanjut dia, dua negara Asia di wilayah Timur Tengah ini tengah bergejolak akibat menyusutnya ketersediaan sumber air. Konflik karena air di negara tersebut bahkan terjadi sejak tahun 1950-an.
Karena itu, menurutnya, Pemerintah Indonesia optimisme dalam mempersiapkan dan menyambut kehadiran para delegasi dalam World Water Forum ke-10. Pertemuan ini merupakan kesempatan emas bagi Indonesia untuk mendorong terciptanya solusi konkret untuk mengatasi persoalan air.
Ia mengatakan, para pemimpin dunia dapat mengulik banyak hal menarik dari Indonesia, khususnya terkait dengan cara menyelesaikan masalah tata kelola air.
“Keberhasilan Indonesia mendorong tata kelola air melalui pendekatan budaya lokal dapat menjadi pembelajaran bagi masyarakat global. Praktik baik yang melibatkan seluruh stakeholder ini membuktikan bahwa Indonesia mampu memimpin dunia dalam menghadapi krisis air,” ujarnya di Jakarta, Rabu (24/4).
World Water Forum ke-10 diharapkan menjadi momentum untuk membangun kolaborasi antarnegara dalam mengatasi persoalan air. Aksi kolaboratif dapat menyatukan modalitas dan meningkatkan kapasitas untuk menghadapi segala tantangan terkait air.
“Spirit World Water Forum di Bali adalah kolaborasi multisektor, multi-helix, multi-pihak, multi-nation, dan multi-bangsa-bangsa dalam rangka menghadapi dan mengatasi bersama persoalan krisis air dan krisis iklim global,” kata Endra.
Maka dari itu, Pemerintah Indonesia mendorong keterlibatan pemimpin negara, parlemen, menteri, pemimpin daerah, dan otoritas pengelola air (basin authorities) dalam World Water Forum nanti. Kerja sama global sangat penting untuk memperkuat political-will untuk mengatasi masalah air.
Kesuksesan World Water Forum ke-10 tak hanya ditentukan dari kelancaran acara, melainkan juga dari komitmen jangka panjang setiap negara untuk isu-isu air. Kesepakatan yang dihasilkan harus sejalan dengan kerja sama antara pemerintah, sektor swasta, masyarakat sipil, dan komunitas internasional.
Endra menegaskan, Indonesia siap untuk mengambil peran aktif dalam mengimplementasikan dan memantau kemajuan dari kesepakatan di dalam forum. Sebagai tuan rumah World Water Forum ke-10, Indonesia berkesempatan untuk memimpin perubahan dengan mendorong pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan.
Indonesia akan memperkenalkan inisiatif dan inovasi yang telah dilakukan di bidang pengelolaan air. Ini termasuk pemanfaatan teknologi untuk efisiensi air dalam berbagai sektor seperti pertanian, pertambangan, industri dan pengelolaan daerah aliran sungai, serta strategi adaptasi dan mitigasi terhadap bencana hidrometeorologi.
Diketahui, forum air internasional terbesar di dunia, World Water Forum ke-10 sebentar lagi akan digelar di Bali pada 18-25 Mei 2024. Berbagai persiapan dimatangkan, termasuk menghadirkan keindahan pulau dewata untuk para peserta.
Selain itu, forum ini tak sekadar mengangkat tema ‘Air untuk Kesejahteraan Bersama’ saja, juga menjadi bukti bahwa Indonesia siap berkontribusi nyata dalam upaya menjaga keberlanjutan sumber daya air dunia.
Indonesia membawa tiga misi khusus untuk disepakati dalam pertemuan di Bali nanti. Ketiga misi tersebut, yakni Center of Excellence on Water and Climate Resilience, mainstream integrated water management in small islands, dan kegiatan rutin World Lake Days atau Hari Danau Sedunia.
"Hal ini penting untuk dibahas karena danau menjadi salah satu sumber baku, energi bahkan pengendali banjir," ujar dia.
Kemudian, World Water Forum ke-10 memiliki tiga proses utama, yakni proses politik, regional, dan tematik dimana ketiganya akan melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Mulai dari pemimpin negara, menteri, pemimpin daerah, akademisi, peneliti, hingga generasi muda yang akan saling bertukar pikiran.
Terdapat 230 sesi forum tematik, 55 side events, serta 10 special sessions dalam acara ini. Selain itu, pemerintah Indonesia juga turut mengundang para kepala negara, kepala lembaga internasional, dan menteri atau setingkat menteri yang bertanggungjawab terhadap isu sumber daya air.
Adapun rangkaian acara World Water Forum ke-10 dibuka dengan Balinese Water Purification Ceremony yang merupakan salah satu ritual adat khas Bali dengan konsep kegiatan Rahina Tumpek Uye dan Upacara Segara Kerthi. Kemudian pada 20 Mei 2024, acara berlanjut dengan Opening Ceremony dan High-Level Meeting di BICC, Nusa Dua.
Setelah itu, ada interface meetings bersama penanggung jawab proses politik, tematik, dan regional, serta bilateral meetings dengan beberapa kepala negara.