Industri Fintech Indonesia Mantap Melangkah Menuju Arah Keberlanjutan dan Inklusi

blog_10

TEKNOLOGI DIGITAL

Jul 27 2023, 11.02

Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) berkolaborasi dengan Katadata Insight Center (KIC) serta didukung oleh Women’s World Banking (WWB) kembali meluncurkan AFTECH Annual Members Survey (AMS), yang telah secara rutin diterbitkan sejak tahun 2017, untuk memberikan gambaran mengenai perkembangan terkini serta peluang dan tantangan yang dihadapi oleh industri fintech di Indonesia. 
 
Peluncuran AFTECH AMS 2022/2023 dilaksanakan pada 27 Juli 2023 dalam rangkaian acara Digital Transformation Indonesia Conference and Expo (DTI-CX) di JIExpo Convention Center and Theater. AMS 2022/2023 menyoroti perkembangan industri fintech, fenomena tech winter, talenta digital, kontribusi terhadap perekonomian (terutama investasi), penerapan tata kelola yang baik, pemerataan infrastruktur digital, kesetaraan gender, dan regulasi yang kondusif.

Semakin masifnya pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia, tak lepas dari perkembangan fintech yang terjadi beberapa tahun terakhir. Dalam ringkasan Laporan AFTECH AMS 2022/2023 diketahui bahwa sampai dengan Q3 tahun 2022, industri fintech di Indonesia mendominasi hingga sekitar 33% dari total pendanaan perusahaan fintech di Asia Tenggara, kedua terbesar kedua setelah Singapura yang mendapatkan 43% total pendanaan. 

Lebih lanjut, pertumbuhan industri fintech Indonesia masih memiliki potensi yang tinggi dalam meningkatkan inklusi keuangan. Laporan World Bank menyebutkan bahwa hingga saat ini terdapat 97,74 juta penduduk dewasa di Indonesia yang masih termasuk kategori belum memiliki akses ke layanan keuangan perbankan.

Namun demikian, bisnis startup global dalam setahun terakhir dihadapkan pada tantangan akibat ketidakpastian situasi secara makro ekonomi global. Pelaku di industri teknologi dan perusahaan startup dituntut lebih fokus untuk mempertahankan bisnis yang dijalankan serta melakukan langkah strategis dengan melakukan inovasi untuk menghasilkan profit. Fenomena tersebut lebih dikenal dengan istilah tech winter.

Direktur Katadata Insight Center (KIC) Adek Media Roza menjelaskan, meskipun dilanda fenomena techwinter, investasi sektor fintech di Indonesia masih menunjukkan performa yang cukup baik didukung oleh cara pandang positif pelaku fintech. Menurut Adek, beberapa pelaku fintech menyatakan bahwa fenomena tech winter justru dilihat sebagai momentum untuk terus berinovasi.

“Pengesahan Undang-Undang Nomor 27 tahun 2022 tentang Pelindungan Data Pribadi dan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan juga dipandang mencerminkan dukungan Pemerintah dan regulator bagi industri fintech. Sebanyak 76% pelaku fintech setuju bahwa peraturan Pemerintah saat ini kondusif mendukung inovasi, meski relaksasi atau kelonggaran dalam regulasi dan pemberian insentif tertentu masih tetap menjadi harapan,” kata Adek dalam acara Peluncuran AFTECH AMS 2022/2023, Kamis (27/7/2023) di JIExpo Jakarta.

Laporan AFTECH AMS 2022/2023 menggambarkan bahwa kerangka peraturan dari Pemerintah dan regulator yang ada saat dinilai pelaku fintech menciptakan lingkungan yang kondusif untuk inovasi dan investasi sehingga mendukung keberlangsungan perkembangan industri fintech di Indonesia.

Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengungkapkan, tech winter yang melanda dunia dampaknya tidak terlalu dirasakan oleh industri fintech di Indonesia. Ini karena pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tinggi dan berkelanjutan.

Success story Indonesia dalam pertumbuhan ekonomi harus jadi bagian terpenting dari success story fintech. Karena itu, OJK berharap tren pertumbuhan fintech Indonesia tetap positif dalam jangka panjang. Apa yang dikenal tech winter di dunia internasional tampaknya dan seharusnya tidak terjadi di Indonesia,” ujar Mahendra.

Lebih lanjut Mahendra mengungkapkan, agar pertumbuhan fintech berjalan baik maka harus disertai penerapan good governance, risk and compliance, transparansi, mekanisme audit yang kredibel dan akuntabilitas sebagai perilaku kunci bisnis fintech. 

“Kami yakin fintech di Indonesia mampu jadi bagian integral dari pembangunan ekonomi Indonesia. Inovasi dan solusi yang ditawarkan fintech sangat diperlukan Indonesia yang punya pertumbuhan ekonomi tinggi dan berkelanjutan, demografi yang besar dan stabilitas politik yang baik serta pembangunan sosial serta kesejahteraan yang cepat. AFTECH harus berperan besar untuk memperkuat industri fintech di Indonesia,” lanjut Mahendra.

Turut mendukung pernyataan tersebut, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, ada tiga peran penting AFTECH untuk mendorong digitalisasi sistem keuangan nasional. 

“Pertama, partisipasi AFTECH bersama seluruh industri fintech untuk bersama Bank Indonesia melanjutkan implementasi perluasan akseptasi QRIS, termasuk QRIS antarnegara serta akseptasi layanan BI Fast. Kedua, AFTECH punya peranan penting dalam peningkatan literasi digital dan edukasi kepada masyarakat. Ketiga, dukungan AFTECH dalam pengembangan ekonomi keuangan digital yang dilakukan Bank Indonesia, Pemerintah pusat dan daerah termasuk digitalisasi UKM dan elektronifikasi bansos serta moda transportasi daerah,” kata Perry.

Perry optimistis bahwa AFTECH dapat menjalankan dan meningkatkan peran penting ini sebagai penggerak dan berkontribusi dalam transformasi digital nasional untuk kemajuan negara dan terus berkontribusi membangun negeri demi Indonesia maju.

Senada dengan hal tersebut, Ketua Umum AFTECH Pandu Sjahrir mengatakan, di tengah lingkungan bisnis yang diwarnai oleh resesi global, industry fintech berperan penting dalam merespons tantangan-tantangan yang ada. Dalam konteks ini, kata Pandu, fintech menjadi solusi kunci untuk perusahaan dalam menjaga efisiensi dan efektivitas di tengah tekanan ekonomi.

Terkait fenomena tech winter, Pandu menegaskan, perusahaan fintech di Indonesia melihat bahwa fenomena ini dijadikan sebagai momentum untuk melakukan inovasi.

“Beberapa anggota AFTECH yang diwawancarai menyatakan bahwa mereka meluncurkan berbagai inovasi produk dan layanan untuk mempertahankan kinerja perusahaan mereka. Hal ini menunjukkan industry fintech berkembang ke arah yang positif guna mendorong inklusi finansial mencapai target 90% pada 2024 dan memperkuat ekosistemm digital nasional. Kita yakin bahwa industry fintech Indonesia mantap melangkah ke arah keberlanjutan inklusi,” ujar Pandu.

Penulis : Doddy Rosadi

Editor : Doddy Rosadi


RELATED ARTICLES AND VIDEOS

Generic placeholder image

LSPR Alumni Excellence Awards 2024: Teladan Sukses dan Kontribusi untuk Masyarakat

LAINNYA

Jul 06 2024, 12.37

Tahun ini, LSPR Alumni Excellence Awards memberikan penghargaan kepada 32 alumni, sesuai dengan usia LSPR pada tahun 2024 yaitu 32 tahun.


Generic placeholder image

Ini Alasan Sebaiknya Jangan Merahasiakan Password Apa Pun dari Keluarga

TEKNOLOGI DIGITAL

Jun 08 2024, 19.17

Password atau kata sandi tersebut tidak harus selalu dirahasiakan dari semua orang, terutama keluarga


Generic placeholder image

OJK: Masyarakat Mulai Teredukasi Literasi Keuangan dengan Baik

EKONOMI & BISNIS

Dec 12 2023, 06.32

Berdasarkan indeks LINK 2023, Indonesia mendapat skor indeks literasi keuangan sebesar 69,7 persen.


Generic placeholder image

SPBE Jadi Solusi Mempercepat Pelayanan Publik

TEKNOLOGI DIGITAL

Dec 05 2023, 18.00

Perkembangan SPBE di Indonesia sebenarnya sudah cukup baik, meskipun masih banyak tantangan yang harus diperbaiki.


Generic placeholder image

Peneliti Ungkap Bahaya TikTok Bagi Anak dan Remaja

TEKNOLOGI DIGITAL

Nov 08 2023, 13.51

Sistem rekomendasi konten TikTok atau kita kenal dengan FYP, dan praktik pengumpulan data yang invasif disebutkan menimbulkan bahaya bagi pengguna anak muda.


Event Akan Datang

View all events

Related Events

 Mar 08 2022

 Jun 28 2022

 Aug 24 2022

Copyright Katadata 2022