Dengan bantuan kecerdasan buatan, Penyakit Parkinson dapat diprediksi melalui pemindaian mata tujuh tahun lebih cepat dengan menggunakan kecerdasan buatan atau artificial intelligence.
Menurut para peneliti dari Rumah Sakit Mata Moorfields di London, penelitian ini menunjukkan potensi data mata, yang dimanfaatkan oleh teknologi untuk menangkap tanda-tanda dan perubahan yang terlalu halus untuk dilihat oleh manusia.
"Ini adalah pertama kalinya ada yang menunjukkan temuan ini beberapa tahun sebelum diagnosis. Kami sekarang dapat mendeteksi tanda-tanda awal Parkinson, membuka kemungkinan baru untuk pengobatan," kata dokter spesialis mata Moorfields, Alastair Denniston dilansir dari laman New York Post.
Pemindaian 3-D berteknologi tinggi - secara teknis, tomografi koherensi optik - membutuhkan waktu kurang dari satu menit dan menghasilkan analisis retina pasien hingga seperseribu milimeter.
"Retina menyediakan jendela invasif minimal ke dalam sistem saraf pusat dan dapat dicitrakan dengan cepat menggunakan perangkat resolusi tinggi modern, sedangkan mendeteksi Parkinson melalui pencitraan otak terbatas sebagai sumber daya yang terukur," kata para peneliti.
Dalam hal pemeriksaan mata, Parkinson paling banyak dikaitkan dengan berkurangnya ketebalan pada dua lapisan optik: sel ganglion macula yaitu pleksiform bagian dalam dan serat saraf retina.
Para peneliti mengungkapkan, hubungan antara ketebalan lapisan retina dan insiden penyakit Parkinson belum dieksplorasi. Namun, temuan pada penyakit Parkinson awal dan prodromal menguatkan hasil penelitian.
Mengenai potensi teknologi ini untuk mendeteksi penyakit neurodegeneratif, peneliti Siegfried Wagner mengaku sangat kagum.
"Meskipun kami belum siap untuk memprediksi apakah seseorang akan mengalami Parkinson, kami berharap metode ini dapat segera menjadi alat skrining untuk orang-orang yang berisiko terkena penyakit ini," kata Wagner.
Namun, teknik ini tidak hanya berhenti sampai di situ. Kemajuan serupa dalam pemindaian mata, yang disebut okulomik telah mengarah pada deteksi yang lebih cepat terhadap penyakit dan gangguan saraf lainnya, termasuk Alzheimer, sklerosis multipel, dan skizofrenia.
"Menemukan tanda-tanda sejumlah penyakit sebelum gejala muncul berarti, di masa depan, orang dapat memiliki waktu untuk melakukan perubahan gaya hidup untuk mencegah timbulnya beberapa kondisi, dan dokter dapat menunda timbulnya dan dampak gangguan neurodegeneratif yang mengubah hidup," kata Wagner.
Sistem rekomendasi konten TikTok atau kita kenal dengan FYP, dan praktik pengumpulan data yang invasif disebutkan menimbulkan bahaya bagi pengguna anak muda.
Membagikan isi chat WhatsApp kepada rekan kerja, alih-alih sebagai bahan obrolan, hal ini justru akan dengan cepat membongkar aib dan permasalahan kita sendiri.