Orang dengan Kepribadian Psikopat Cenderung Melakukan ‘Catfishing’
TEKNOLOGI DIGITAL
Jan 30 2024, 05.39
Istilah Catfishing mungkin sudah familiar di telinga. Catfishing adalah ketika seseorang menggunakan informasi dan gambar palsu untuk membuat identitas palsu secara online dengan tujuan untuk mengelabui, melecehkan, atau menipu orang lain.
Catfishing sering terjadi di media sosial atau aplikasi dan situs web kencan sebagai taktik umum yang digunakan untuk menjalin hubungan online dengan kepura-puraan palsu, terkadang untuk menjebak orang dalam penipuan finansial.
Dilansir dari laman CNN, ada banyak alasan mengapa orang melakukan catfishing, tetapi alasan yang paling umum adalah kurangnya kepercayaan diri. Menurut Cybersmile Foundation, sebuah organisasi nirlaba yang berfokus pada kesejahteraan digital, jika seseorang tidak bahagia dengan dirinya sendiri, mereka mungkin merasa lebih bahagia ketika berpura-pura menjadi seseorang yang lebih menarik bagi orang lain.
Mereka juga dapat menyembunyikan identitas mereka untuk menjebak seseorang, untuk terlibat dalam hubungan yang berbeda dengan yang sudah ada atau untuk memeras atau melecehkan orang lain. Beberapa orang mungkin melakukan catfish untuk mengeksplorasi preferensi seksual.
Penelitian telah menunjukkan, para pelaku catfish lebih cenderung merupakan pria berpendidikan. Sebuah penelitian pada 2022 menemukan bahwa para pelaku cenderung berasal dari latar belakang agama, yang mungkin memberikan cara untuk membentuk hubungan tanpa kendala yang mereka hadapi dalam kehidupan nyata.
Dalam penelitian lain yang diterbitkan tahun lalu, Evita March, dosen senior psikologi di Federation University di Australia, menemukan bahwa orang dengan ciri-ciri kepribadian yang kuat seperti sadisme, psikopat, dan narsisme lebih cenderung melakukan catfish.
Di Amerika Serikat, penipuan percintaan yang diakibatkan oleh catfishing merupakan salah satu kerugian finansial tertinggi yang dilaporkan dari kejahatan internet secara keseluruhan. Sebanyak 19.050 orang Amerika dilaporkan kehilangan hampir 740 juta dolar AS karena penipuan asmara pada 2022.