APMF 2024 Ajak Pengambil Keputusan untuk Tingkatkan Standar Dunia Industri di Indonesia
EKONOMI & BISNIS
May 04 2024, 07.40
Asia Pacific Media Forum ke-10 yang digelar di Bali pada 1-3 Mei 2024 diharapkan bisa menjadi ajang yang saling menghubungkan para pengambil keputusan untuk meningkatkan standar dunia industri di Indonesia.
Melalui tema “Make Your Mark”, APMF 2024 mengajak para peserta untuk membangun legacy berkelanjutan yang berdampak di tengah dinamika industri dan perilaku konsumen yang terus berubah.
Co-Chairwoman APMF Devi Attamimi mengatakan, pandemi telah mengubah kehidupan manusia di mana teknologi berkembang dengan sangat cepat. Karena itu, para pengambil keputusan harus punya pemikiran jauh ke depan tentang warisan apa yang ingin ditinggalkan terhadap pekerjaannya.
“Yang membedakan APMF dengan konferensi lain adalah kami tidak bicara tentang transformasi atau adaptasi tapi kami justru ingin menjadikan ajang ini sebagai Call to Action bagi para decision maker untuk melihat the bigger point of view atau helicopter view tentang legacy yang ingin ditinggalkan,” kata Devi dalam penutupan Asia Pacific Media Forum 2024 di Bali, Jumat (3/5/20024).
Devi mengungkapkan, tren komunikasi saat ini juga bderubah drastis dengan adanya TikTok dan juga Instagram. Banyak orang yang ingin meraih sukses dengan cara yang singkat. Kata dia, hal ini justru akan berdampak terhadap merek bisa cepat viral tapi juga cepat dilupakan. Justru, kata Devi, para pengambil keputusan harus memikirkan strategi agar mereknya bisa berkelanjutan.
“Tema Make Your Mark justru mengajak orang untuk berpikir panjang. Contohnya dengan hadirnya Artificial Intelligence. Kita harus punya mindset untuk tidak bersaing denga AI tapi justru bagaimana dengan adanya AI bisa melengkapi keterbatasan kita. AI dijadikan alat bantu untuk mencapai tujuan. Kalau mindsetnya kita akan kalah dari AI makan hal itu yang akan terjadi,” ungkap Devi.
Karena itu, kata Devi, APMF 2024 menyoroti dinamika dan tren industri pemasaran, media, dan komunikasi di tengah revolusi teknologi dan perkembangan pesat kecerdasan buatan (AI), sekaligus semakin mengukuhkan perannya sebagai wadah utama bagi pelaku industri untuk bertukar ide dan inovasi dalam menghadapi tantangan yang semakin kompleks.
“Seiring perjalanannya, peran APMF menjadi semakin penting bagi para pelaku industri karena telah menyediakan kesempatan bagi para pemimpin dan inovator industri untuk berbagi pandangan, serta mendefinisikan praktik terbaik yang dapat menginspirasi generasi selanjutnya. APMF juga berhasil mencetak tokoh-tokoh besar yang kini berpengaruh besar dalam bidang mereka masing-masing,” ungkap Devi.
APMF tahun ini dihadiri lebih dari 1000 partisipan dari berbagai latar belakang dan keahlian, yang mengikuti rangkaian kegiatan seperti pembelajaran praktis melalui APMF Lab, pencarian inspirasi dan wawasan dalam sesi konferensi, pengalaman seru di Expo Immersive Playground, serta membangun koneksi yang bermakna melalui kesempatan networking.
Selaras dengan semangat tersebut, lebih dari 75 pembicara di sesi konferensi dan APMF Lab turut menggaungkan pentingnya berinovasi dengan strategi yang kreatif, inovatif, serta berpusat pada pengalaman konsumen. Jajaran pembicara kelas dunia tersebut termasuk Digital Anthropologist Brian Solis, Deputy President Director BCA Armand Hartono, Founder Hakuhodo Kettle Kentaro Kimura, dan Chief Revenue Officer 88Rising Mike Chuthakieo.
Dari semua sektor pekerjaan yang telah terpengaruh oleh kemunculan AI, pekerjaan di sektor informasi dan komunikasi merupakan salah satu dari sedikit pekerjaan yang dibantu oleh AI.