SCG Dukung Indonesia Capai Target Net Zero Emission Tahun 2060
EKONOMI & BISNIS
Nov 02 2023, 15.28
Perubahan iklim dan isu sosial menjadi ancaman serius yang harus direspons cepat oleh masyarakat dunia, termasuk Indonesia. SCG, salah satu perusahaan terkemuka ASEAN yang mengelola tiga unit bisnis; Cement-Building Material (Semen), Packaging (Kemasan), dan Chemicals (Kimia), untuk pertama kalinya menggelar ESG SYMPOSIUM 2023 di Indonesia hari ini (2/11), melanjutkan rangkaian Sustainable Development Symposium yang sebelumnya pernah dilaksanakan. Mengusung tema Collaboration for Sustainable Indonesia, melalui forum ini,
SCG mendorong kolaborasi dari seluruh pihak untuk mempercepat target net zero emission, mengatasi kesenjangan sosial, serta mewujudkan pembangunan berkelanjutan melalui penerapan strategi ESG 4 Plus. Tujuan-tujuan tersebut turut sejalan dengan komitmen iklim Nationally Determined Contribution (NDC), di mana Indonesia bersama 195 negara lainnya sepakat untuk menjaga peningkatan suhu bumi di bawah 2 derajat celsius melalui berbagai upaya.
Dalam kesempatan ini, SCG menampilkan sejumlah inovasi teknologi dan berbagai inisiasi dari ketiga unit bisnis untuk mendukung keberlanjutan, seperti floating solar panel (panel surya terapung), solar roof, Emisspro® (lapisan emisivitas tinggi untuk meningkatkan efisiensi termal), Alternative Fuel/Alternative Raw Material dan Refuse-derived Fuel, Biogas Utilization, SCGC Green Polymer, dan Cert+ (verifikasi & digitalisasi kredit karbon online untuk industri kehutanan).
President & CEO SCG, Roongrote Rangsiyopash, mengungkapkan, kawasan Asia Tenggara rentan terdampak krisis global karena tingginya populasi dan pesatnya kegiatan ekonomi. Di Indonesia sendiri, isu nasional yang terjadi hari ini meliputi krisis polusi udara, kenaikan permukaan air laut, pengelolaan limbah, dan kesenjangan ekonomi.
“Di tengah persoalan nyata, serta lanskap industri yang berkembang pesat, keberlanjutan bukan lagi sebuah pilihan, melainkan kewajiban. Dunia usaha berperan penting dalam membentuk masa depan. Sesuai peningkatan target NDC, Indonesia memiliki pekerjaan rumah untuk mencapai nol emisi karbon pada tahun 2060. Dengan dukungan internasional, pengurangan ini bahkan bisa mencapai 43%. Untuk itu, mari bersama-sama menyelaraskan langkah untuk mendukung kemajuan nasional dan menciptakan masa depan Indonesia yang lebih sehat dan sejahtera,” ujar Roongrote.
Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian PPN/Bappenas Vivi Yulaswati mengatakan, pemerintah terus berupaya menciptakan ekosistem yang mendorong investasi untuk membiayai transisi menuju ekonomi hijau.
“Pembiayaan SDGs adalah platform yang dikelola oleh Bappenas untuk mengembangkan pendanaan proyek-proyek SDGs melalui berbagai skema seperti KPBU, pembiayaan campuran, pembiayaan ekuitas, dan lain-lain,” ungkap Vivi.
Vivi menambahkan, konsep ESG menjadi paradigma baru dalam penciptaan nilai dalam bisnis. Konsep ini dapat menawarkan pendekatan yang luas untuk mitigasi risiko dan penciptaan nilai. Berkembangnya peraturan dan standar yang mendorong adopsi ESG di sepanjang rantai nilai, mendorong kesadaran investor.
Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Laksmi Dhewanti menyampaikan, saat ini dunia tengah menghadapi triple planet challenges, yaitu perubahan iklim, kehilangan keanekaragaman hayati, dan pencemaran lingkungan. Untuk itu, konsep ESG menjadi gamechanger yang dapat membantu menciptakan dunia yang lebih berkelanjutan, sehat, dan seimbang, serta memberikan insentif bagi perusahaan dan industri untuk lebih bertanggung jawab terhadap dampak lingkungan mereka.
“Kolaborasi dan kerjasama merupakan kunci keberhasilan dalam menghadapi tantangan perubahan iklim. Komitmen Indonesia, pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan merupakan modal dasar yang harus dibarengi dengan kerja keras dan kerja cerdas dalam melaksanakan aksi-aksi nyata mitigasi perubahan iklim di semua sektor.” jelas Laksmi.
Wakil Presiden Eksekutif SCG, Thammasak Sethaudom, menekankan bahwa mencapai pembangunan berkelanjutan dan target NDC memerlukan kolaborasi dari semua sektor.
“Saya ingin mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk tetap menjaga semangat kolaboratif dan inovatif. Kita tidak dapat mencapai masa depan yang berkelanjutan sendirian; hal ini membutuhkan upaya kolektif dari beragam perspektif dan keahlian. Mari kita bekerja sama untuk keberlanjutan Indonesia. Saya berharap di tahun-tahun mendatang kita akan memiliki lebih banyak lagi contoh kerja sama keberlanjutan yang mengagumkan antara Indonesia dan global," kata Setahudom.
Country Director SCG di Indonesia, Warit Jintanawan, menjelaskan pentingnya keselarasan implementasi ESG di seluruh aspek.
“Dengan menerapkan ESG, kita tidak hanya mengatasi persoalan lingkungan saja, namun turut menyentuh masalah sosial-ekonomi, dengan mendorong pendapatan per kapita Indonesia agar mampu setara dengan negara maju dan menekan angka kemiskinan hingga nol persen," jelas Jintanawan.
Dokumen NDC yang targetnya diserahkan pada Februari tahun 2025 nanti, harus mencakup pemihakan yang jelas terhadap hak asasi manusia, hak masyarakat adat dan transisi energi yang berkeadilan.