Penelitian Ungkap Migrain Berkaitan Dengan Peningkatan Risiko Stroke
GAYA HIDUP
Apr 01 2024, 06.15
Penelitian menemukan bahwa Migrain memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian stroke pada orang dewasa muda, seperti halnya faktor risiko tradisional seperti hipertensi, kolesterol tinggi, diabetes, merokok, dan penyakit jantung. Penelitian baru ini diterbitkan dalam jurnal Circulation: Cardiovaskular Quality and Outcomes.
Stroke menyebabkan kerusakan pada otak. Hal ini terjadi ketika suplai darah ke bagian otak tersumbat (stroke iskemik) atau ketika pembuluh darah di otak pecah (stroke hemoragik).
“Kami ingin memahami faktor risiko mana yang merupakan kontributor utama risiko stroke di kalangan dewasa muda,” kata pemimpin penulis studi Dr. Michelle Leppert, dari Fakultas Kedokteran Universitas Colorado di Aurora, Colorado dalam siaran persnya, dikutip dari Medical Daily, Senin (1/4/23).
Para peneliti mengatakan bahwa studi ini didasarkan pada database klaim asuransi kesehatan yang dilaporkan di Colorado. Setelah membandingkan data lebih dari 2.600 orang dewasa berusia antara 18 hingga 55 tahun yang menderita stroke dengan lebih dari 7.800 orang yang tidak mengalami stroke, untuk menentukan faktor risiko mana yang paling sering menyebabkan stroke.
Studi tersebut menemukan hubungan yang signifikan antara migrain, gangguan pembekuan darah, gagal ginjal, penyakit autoimun, dan keganasan, serta terjadinya stroke pada individu berusia 18 hingga 44 tahun, baik pada pria maupun wanita. Hubungan ini lebih kuat pada orang dewasa berusia kurang dari 35 tahun. Sekitar 52% kasus yang diteliti terjadi pada wanita dan lebih dari 73% merupakan stroke iskemik.
Faktor risiko non-tradisional menyumbang lebih dari 19% stroke pada pria dan hampir 28% pada wanita pada kelompok usia 45-55 tahun. Di antara orang dewasa di bawah usia 35 tahun, migrain merupakan faktor risiko non-tradisional yang paling penting, yaitu 20% penyebab stroke pada pria dan hampir 35% pada wanita.
Kemudian, dampak dari faktor risiko stroke tradisional mencapai puncaknya pada orang dewasa berusia antara 35 hingga 44 tahun, berkontribusi terhadap hampir 33% stroke pada pria dan sekitar 40% pada wanita. Tekanan darah tinggi muncul sebagai faktor risiko stroke yang paling penting, terhitung 28% dari stroke pada pria dan 27% pada wanita.
“Temuan ini penting karena sebagian besar perhatian kita terfokus pada faktor risiko tradisional. Kita tidak boleh mengabaikan faktor risiko stroke nontradisional dan hanya fokus pada faktor risiko tradisional; keduanya penting dalam perkembangan stroke di kalangan generasi muda,” kata Leppert.
“Faktanya, semakin muda mereka saat terkena stroke, semakin besar kemungkinan stroke mereka disebabkan oleh faktor risiko nontradisional. Kita perlu lebih memahami mekanisme yang mendasari faktor risiko nontradisional ini untuk mengembangkan intervensi yang ditargetkan,” Leppert menambahkan.
Wanita mengalami kehilangan harapan hidup lebih besar daripada pria, dan efeknya lebih signifikan pada mereka yang mengalami gangguan fungsi jantung setelah serangan jantung.