25 Persen Pria Usia 40 Tahun Tidak Menikah, Ini Alasannya
GAYA HIDUP
Nov 22 2023, 10.40
Seperempat dari orang Amerika berusia 40 tahun tidak pernah menikah. Jumlah ini lebih banyak dari waktu-waktu sebelumnya sejak data dikumpulkan.
Menurut analisis baru dari data Sensus oleh Pew Research, tren ini lebih terlihat di kalangan warga Amerika keturunan Afrika, 46% di antaranya mencapai usia 40 tahun tanpa menikah serta mereka yang tidak memiliki gelar sarjana, sepertiga di antaranya masih belum menikah pada usia tersebut.
Berdasarkan data tersebut, mereka yang belum pernah menikah adalah pria; 28% pria berusia 40 tahun tidak pernah menikah, dibandingkan 22% wanita pada usia yang sama.
Dalam beberapa hal, angka-angka tersebut tidak mengejutkan. Karena, fenomena ini telah terjadi selama empat dekade. Pada 1980, hanya 6% dari mereka yang berusia 40 tahun yang belum pernah menikah. Angka tersebut meningkat lima poin persentase per dekade hingga 2021.
Hanya satu dari lima orang yang belum menikah berusia 40 hingga 44 tahun yang tinggal bersama pasangan. Hidup bersama tidak menggantikan pernikahan sebagai pengaturan hidup.
Ada banyak alasan mengapa berpasangan semakin berkurang di Amerika. Beberapa di antaranya adalah sosial. Hanya ada sedikit stigma publik tentang melajang di mana bagi banyak orang ini adalah pilihan yang lebih disukai.
Beberapa di antaranya adalah budaya cara rumah tangga dibentuk sedang dibentuk ulang oleh pertanyaan-pertanyaan tentang gender dan seksualitas. Beberapa di antaranya bersifat teknologi antara lain karena seks dipisahkan dari kehamilan, kebiasaan seksual berubah dan begitu pula dengan kebutuhan akan pernikahan atau pasangan.
Alasan yang paling menonjol bagi pria usia 40 tahun untuk tidak menikah adalah ekonomi. Bukan hanya karena perempuan mendapatkan kekuatan ekonomi, namun kaum perempuan juga merasa tidak perlu bergantung pada laki-laki untuk menafkahi.
Banyak kekuatan ekonomi dalam 30 tahun terakhir, termasuk globalisasi dan teknologi digital yang telah menghancurkan peluang kerja para pria muda.
"Sebagai seorang ekonom, saya pikir beberapa tren, terutama untuk pria muda yang kurang berpendidikan, bekerja melawan mereka. Secara ekonomi, mereka bukan mitra yang menarik seperti dulu. Pasar tenaga kerja di negara ini bekerja melawan mereka," kata Richard Fry, seorang peneliti senior di Pew dikutip dari laman TIME.
Salah satu cara untuk melihat hal ini adalah dengan melihat perbedaan antara garis tren pernikahan dan upah antara pria dan wanita sejak tahun 1990-an. Pendapatan rata-rata pria lajang, yang disesuaikan dengan inflasi, telah turun dalam 30 tahun terakhir. Pendapatan perempuan lajang tidak berubah. Seiring dengan turunnya tingkat ekonomi pria, mereka juga menjadi lebih mungkin untuk tetap melajang daripada wanita. "Pada tahun 1990, ada lebih banyak wanita yang tidak berpasangan daripada pria yang tidak berpasangan," tambah Fry. "Pada tahun 2019, hal itu berbalik."
Survei menunjukkan bahwa perempuan masih mencari pasangan yang sudah mapan. Di sisi lain, pria tidak merasa siap untuk menikah jika belum mapan.
"Kebanyakan pria kulit hitam merasa bahwa mereka membutuhkan tingkat stabilitas keuangan tertentu untuk menikah. Ketika mereka merasakan beratnya tekanan finansial, menikah menjadi prioritas terakhir dalam daftar mereka,” kata Bridgette Reed, seorang terapis pernikahan dan keluarga di Dallas.
Pendidikan juga menjadi semakin berkorelasi tinggi dengan pernikahan. Hanya 18% orang dengan gelar sarjana yang masih melajang di usia 40 tahun. Pada1990, perempuan dengan gelar sarjana lebih kecil kemungkinannya untuk menikah dibandingkan yang tidak. Pada 2021, hal itu telah berbalik.
Menjalani hidup melajang bukan hanya tentang menunggu waktu sampai Mr. Right datang, tetapi juga tentang menikmati fase kehidupan yang menawarkan keuntungan.