Atmo AI, Kecerdasan Buatan yang Bisa Prediksi Cuaca dengan Akurat
TEKNOLOGI DIGITAL
Mar 24 2024, 16.56
Bayangkan sebuah prakiraan cuaca yang dapat memberikan kondisi suhu atau angin yang tepat hingga ke wilayah paling kecil. Atau prakiraan cuaca yang dapat mengetahui badai akan membanjiri sebuah klaster perumahan sehingga memberikan waktu bagi para penghuninya mempersiapkan diri untuk evakuasi.
Itulah yang dilakukan oleh Alex Levy sebagai salah satu pendiri Atmo AI. Diaa mengembangkan teknologi yang dapat merevolusi cara cuaca diprediksi dan dikomunikasikan, terutama dengan adanya perubahan iklim yang mengancam lebih banyak ketidakpastian dan kerusakan.
"Memprediksi cuaca dengan lebih baik adalah salah satu hal terbaik yang dapat kita lakukan untuk membuat tantangan perubahan iklim tidak terlalu menyakitkan," kata Levy kepada Channel News Asia.
"Kejadian buruk pasti akan terjadi. Namun, kejadian buruk tersebut akan semakin parah ketika mereka merupakan kejutan dan ketika mereka mengejutkan orang-orang yang mengalaminya,” jelas Levy.
Setelah uji coba yang lebih kecil dan ekstensif, platform yang digerakkan oleh kecerdasan buatan ini akan segera diluncurkan dalam skala nasional untuk pertama kalinya.
Ini adalah contoh dunia AI yang berkembang pesat dan berhubungan dengan upaya regional untuk memerangi perubahan iklim. Atmo AI telah menandatangani kontrak dengan badan meteorologi nasional Filipina, PAGASA untuk melengkapi prakiraan cuaca yang sudah ada di negara tersebut dengan pendekatan pembelajaran mesin.
Janji dari Atmo AI adalah prakiraan otonom yang lebih cepat dengan akurasi yang lebih tinggi sehingga berpotensi menjadi keuntungan besar bagi PAGASA.
Filipina merupakan negara yang paling rawan topan di planet ini di mana sekitar seperempat dari jumlah topan di seluruh dunia terjadi di negeri ini setiap tahunnya. Karena perubahan iklim, badai diperkirakan akan menghantam lebih keras dan bergerak di sepanjang jalur yang sulit diprediksi dan dipersiapkan.
"Pertanyaan yang kami ajukan adalah, bisakah kami mengambil semua yang telah dipelajari dalam AI dan fisika, membawanya ke sains atmosfer dan meningkatkan akurasi, meningkatkan detail, dan menekan biaya?" kata Levy.
"Bagaimana jika Anda bisa memberikan prakiraan cuaca yang lebih baik kepada Filipina daripada Amerika? Itu saja,” jelas Levy.
Alih-alih hanya mengandalkan superkomputer dan satelit mahal yang dimonopoli oleh negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang, Filipina sekarang akan dipersenjatai dengan alat AI-nya sendiri yang disesuaikan, yang berjalan dengan model berlangganan dengan Atmo.
Prakiraan cuaca yang ada di seluruh dunia tidak berubah selama sekitar 70 tahun. Meskipun perbaikan secara perlahan telah dilakukan, alat ini pada dasarnya menggunakan matematika dan kondisi saat ini untuk memprediksi masa depan.
Menurut Levy, hal ini menyebabkan banyak negara memiliki prakiraan cuaca di bawah standar.
"Apa yang telah Anda lihat adalah banyak model global yang semakin lama semakin membaik di daerah yang mensponsorinya, namun sebenarnya sangat buruk di daerah tropis dan subtropis," kata Levy.
“Hal ini dapat segera berubah, dari pusat-pusat kota besar seperti Manila ke provinsi-provinsi pedesaan di mana pemahaman akan cuaca sangat penting untuk pertanian. Detail dalam prakiraan cuaca dapat ditingkatkan hingga 100 kali lipat,” kata Levy.
Studi KIC menemukan tingkat kesadaran masyarakat Indonesia mengenai AI tergolong tinggi, meskipun pengetahuan tentang teknologi dimaksud masih terbatas.
Dari semua sektor pekerjaan yang telah terpengaruh oleh kemunculan AI, pekerjaan di sektor informasi dan komunikasi merupakan salah satu dari sedikit pekerjaan yang dibantu oleh AI.