Media sosial kini telah dianggap menjadi kebutuhan bagi masyarakat dan merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. Dengan bermedia sosial, ada banyak nilai positif yang bisa diperoleh, misalnya mendapatkan informasi serta pengetahuan terbaru.
Namun sayangnya, nilai-nilai positif itu tergerus oleh ulah segelintir orang yang tak mampu beretika dengan baik saat berinteraksi dengan orang lain di media sosial.
Lantas etika seperti apa yang dibutuhkan sebelum mulai bermedia sosial? Bagaimana pula penerapan etika tersebut di media sosial?
Sebagai Wakil Ketua Umum Siberkreasi, Mira Sahid, memaparkan dua etika yang sangat perlu diterapkan ketika bermedia sosial.
Yang pertama, para pengguna dunia digital perlu memahami dan menyadari bahwa di media sosial mereka tidak sendirian, tapi berinteraksi dengan banyak orang, termasuk dari negara lain. Karena itu tetap dibutuhkan yang namanya etika atau cara bersopan santun.
Kemudian, etika yang kedua adalah menyadari bahwa di media sosial pasti terjadi banyak perbedaan pendapat dan sudut pandang. Oleh sebab itu, sangat perlu untuk membangun empati antar pengguna dunia digital, agar bisa saling menghargai.
“Kita perlu sama-sama pintar merasa membangun empati itu agar etika digital bisa terlaksana dengan baik, termasuk juga ketika kita menghargai pendapat di ruang digital, bahwa satu sama lain berbeda ya it’s ok,” kata Mira dalam Webinar Literasi Digital, bertema Main Medsos? Pakai Etika, Dong!, Senin (29/5/2023).
Tak jauh beda dengan Mira, Mariana R.A. Siregar, Pengajar Ilmu Komunikasi Universitas Pakuan mengatakan, di zaman sekarang ini tidak hanya para anak muda, orang dewasa pun tampaknya sudah melupakan yang namanya etika. Menurut Mariana, mereka sudah sama-sama melupakan bagaimana beretika terhadap tetangga, bahkan orang tua.
Meski di media sosial orang-orang yang saling berinteraksi tersebut tidak terlihat wujudnya secara nyata, menurut Mariana etika itu tetap diperlukan.
“Jadi kalau saya melihatnya ini seperti orang itu kayak melupakan etika yang ada secara tatap muka di lingkungan tetangga, misalnya dengan orang tua. Cuma karena itu nggak terlihat kalau di media sosial, kayaknya etika itu jadi terlupakan. Jadi mereka ya lupa gitu ini orang tua apa anak kecil, terus yang saya komentari itu latar belakang pendidikannya apa, dan lain sebagainya,” tutur Mariana.
Diketahui, webinar Literasi Digital ini diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), bekerjasama dengan Katadata.
Pemenuhan data pemerintah yang berintegritas tinggi menemui beberapa tantangan, diantaranya adalah tumpang tindih data, baik di tingkat pusat maupun daerah.