Mengaku Peduli Lingkungan, Tapi Nyatanya Gen Z Lebih Suka Belanja Fast Fashion
EKONOMI & BISNIS
May 07 2024, 07.12
Laporan terbaru dari toko barang bekas online ThredUp mengungkapkan bahwa Generasi Z ternyata kecanduan fast fashion, meski mereka mengaku peduli terhadap lingkungan. Fast fashion merupakan istilah yang digunakan oleh industri tekstil untuk menggambarkan produksi berbagai model fesyen yang cepat berganti dalam waktu singkat. Tak hanya itu, industri ini cenderung menggunakan bahan baku berkualitas rendah yang tidak awet.
Dilansir dari Katadata.co.id, industri fast fashion juga sangat terkait dengan konsep ‘limbah fashion’. Keberadaan industri ini merupakan salah satu faktor utama dalam menciptakan polusi limbah mode yang berpotensi merusak ekosistem, termasuk pencemaran air, tanah, dan emisi gas rumah kaca yang dapat menyebabkan perubahan iklim.
Kembali pada laporan ThredUp, seperti dilansir dari New York Post, meskipun mayoritas mengatakan mereka ingin berbelanja dengan lebih ramah lingkungan (65%), sepertiga dari mereka yang disurvei oleh ThredUp mengatakan mereka kecanduan fast fashion.
Lottie Lashley (25) misalnya, mengatakan dia menggunakan belanja sebagai mekanisme untuk membantunya beradaptasi di tahun pertama kuliahnya. Mantan shopaholic asal London ini menghabiskan waktu senggangnya dengan menjelajahi situs-situs fast-fashion, dan menghabiskan sekitar $120 per bulan atau senilai Rp192 juta.
Generasi Z sekarang menganggap dirinya sebagai pecandu fast fashion yang telah mengalami reformasi setelah menyadari dampak lingkungan dari belanjanya, namun banyak dari rekan-rekan mereka belum melakukan reformasi meskipun ada klaim dari generasi tersebut yang memiliki kesadaran lingkungan.
Dibandingkan generasi lainnya, generasi Z lebih mungkin mengatakan bahwa krisis iklim adalah kekhawatiran utama mereka. Namun, mereka tetap menjadi pembeli fast fashion dalam jumlah besar meskipun dampak lingkungan dari industri ini sudah menjadi rahasia umum di kalangan generasi.
Perlu diketahui bahwa Industri fesyen, secara keseluruhan, merupakan konsumen air terbesar kedua dan bertanggung jawab atas 2% hingga 8% terhadap emisi karbon global.
“Saya merasa ada semacam disonansi pada Gen Z ketika kita mengatakan bahwa kita peduli terhadap keberlanjutan, namun kemudian semua influencer Gen Z yang memengaruhi jutaan orang meminta kita untuk beralih ke merek-merek fast fashion yang hanya dipakai sebanyak tiga kali,” kata Estella Struck (22), pendiri agen pemasaran yang berfokus pada merek berkelanjutan, mengatakan kepada Business Insider, dikutip dari New York Post.
Data konsumen dalam laporan ini berasal dari survei terhadap 1.989 Gen Z Amerika (usia 16-25 tahun), dengan mengajukan pertanyaan tentang perilaku belanja mereka pada musim kembali ke sekolah ini, serta hubungan dan persepsi mereka terhadap fast fashion.