Para peneliti menemukan bahwa berolahraga secara konsisten 2-3 kali seminggu dapat mengurangi risiko insomnia dan membantu mencapai waktu tidur harian yang direkomendasikan yaitu 6 hingga 9 jam.
Dilansir dari Medical Daily, meskipun hubungan antara olahraga dan peningkatan kualitas tidur sudah banyak diketahui, kontribusi spesifik dari jenis kelamin, usia, berat badan (BMI), kebugaran secara keseluruhan, kesehatan umum, dan jenis olahraga terhadap hubungan ini belum diketahui.
Karena itu, untuk menyelidiki lebih dalam hubungan ini, para peneliti studi terbaru mengevaluasi frekuensi, durasi, dan intensitas aktivitas fisik mingguan, serta gejala insomnia, durasi tidur malam, dan kantuk di siang hari di antara sekelompok orang dewasa paruh baya dari usia 21 tahun. Penelitian ini berpusat di sembilan negara Eropa.
Para peneliti mengevaluasi tanggapan 4.399 peserta yang merupakan bagian dari Survei Kesehatan Pernafasan Komunitas Eropa. Para peserta menjawab kuesioner mengenai frekuensi dan durasi aktivitas fisik pada awal (1998-2002) dan aktivitas fisik, gejala insomnia, durasi tidur, dan kantuk di siang hari 10 tahun kemudian (2011-14).
Ditemukan dalam penelitian bahwa peserta yang berolahraga setidaknya dua kali atau lebih dalam seminggu, selama 1 jam/minggu atau lebih, dianggap aktif secara fisik.
Kemudian, selama masa penelitian, 37% peserta terus-menerus tidak aktif, dan 25% tetap aktif, sementara 18% menjadi aktif secara fisik, dan 20% menjadi tidak aktif. Peserta dari Norwegia kemungkinan besar tetap aktif, sedangkan peserta dari Spanyol dan Estonia kemungkinan besar tetap tidak aktif.
Studi ini juga mencatat faktor-faktor tertentu yang terkait dengan partisipan yang terus-menerus aktif. Mereka lebih cenderung berjenis kelamin laki-laki, berusia lebih muda, memiliki berat badan sedikit lebih rendah, merupakan perokok, dan sedang bekerja.
“Setelah disesuaikan dengan usia, jenis kelamin, berat badan (BMI), riwayat merokok, dan pusat penelitian, mereka yang terus-menerus aktif secara signifikan (42%) lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami kesulitan tidur, 22% lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami gejala insomnia. , dan 40% lebih kecil kemungkinannya untuk melaporkan 2 atau 3 (37% lebih kecil kemungkinannya) gejala insomnia,” tulis para peneliti, dikutip Senin (1/4/23).
Faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin perempuan, dan berat badan secara independen berhubungan dengan gejala insomnia. Setelah mempertimbangkan faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin, berat badan, riwayat merokok, dan pusat penelitian, individu yang tetap aktif secara konsisten lebih cenderung dikategorikan sebagai orang yang tidurnya normal dibandingkan dengan mereka yang tetap tidak aktif secara konsisten.
“Mereka yang terus-menerus aktif secara signifikan (55%) lebih mungkin untuk tidur normal dan secara signifikan lebih kecil kemungkinannya (29%) untuk tidur pendek (6 jam atau kurang), dan 52% lebih kecil kemungkinannya untuk tidur lama (9 jam atau lebih) Dan mereka yang menjadi aktif memiliki kemungkinan 21% lebih besar untuk tidur normal dibandingkan mereka yang terus-menerus tidak aktif,” tambah para peneliti.
Studi ini tidak hanya menggarisbawahi pentingnya olahraga untuk tidur tetapi juga menyoroti pentingnya menjaga konsistensi aktivitas fisik dari waktu ke waktu. Hasilnya menunjukkan bahwa hubungan antara olahraga dan peningkatan kualitas tidur tidak lagi terlihat pada peserta yang awalnya aktif tetapi kemudian menjadi tidak aktif.