Hoaks Makin Sulit Dibendung, Pemilu 2024 Jadi Ujian Resiliensi Demokrasi
LAINNYA
May 04 2023, 04.04
Pemilu 2024 akan menjadi ujian resiliensi demokrasi di Indonesia. Masih minimnya literasi digital masyarakat membuat hoaks atau berita bohong diprediksi akan semakin sulit dibendung.
Country Representative The Asia Foundation Hana Satriyo mengatakan, Pemilu 2024 menjadi tantangan tersendiri mengingat banyaknya kehawatiran kontestasi demokrasi akan disertai pula dengan menguatnya kontestasi narasi yang justru mengurangi kualitas demokrasi seperti berita hoaks dan juga “hate speech.”
“Sejumlah riset pada beberapa Pemilu terakhir menyebutkan bahwa menjelang Pemilu terjadi peningkatan signifikan lalu lintas kabar bohong, fitnah dan hasutan-hasutan, terutama melalui jaringan sosial media dan aplikasi pesan seperti Whatsapp,” kata Hana saat menjadi pembicara kunci di acara “Menangkal Disinformasi di Tahun Politik” yang diselenggarakan oleh The Asia Foundation, Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhannas) dan Katadata di Jakarta, Kamis (4/5/2023).
Acara ini merupakan bentuk dukungan dari The Asia Foundation kepada pemerintah untuk memerangi disinformasi informasi khususnya menjelang Pemilu 2024. Hadir sebagai pembicara yaitu Country Representative The Asia Foundation Hana Satriyo, anggota Dewan Pers Arif Zulkifli, anggota DPR RI Rike Diah Pitaloka, Presidium Komite Litbang Mafindo Liona Lalolo Krina Perangin-angin dan Deputi Bidang Pengkajian Strategis Lemhannas Reni Mayerni.
Hana menambahkan peningkatan skala, kecepatan, dan penyebaran informasi digital tidak hanya membentuk wacana publik, tetapi juga mempengaruhi hubungan sosial dan peristiwa politik.
Survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2022-2023 menyebut pengguna internet di Indonesia mencapai 215,63 juta orang. Dari data tersebut, sekitar 167 juta pengguna memiliki dan menggunakan akun media sosial secara aktif. Namun demikian, besarnya jumlah pengguna internet di Indonesia tidak diimbangi dengan tingkat literasi yang baik. Dalam peringkat negara yang terliterasi, posisi Indonesia masih sangat jauh, yakni berada di posisi 70.
Menurut Hana, The Asia Foundation untuk terus memberikan dukungan pada upaya-upaya peningkatan literasi digital, termasuk mempromosikan gerakan anti-hoaks melalui program-program di wilayah dampingan.
“Semakin berkembangannya ruang digital yang di satu sisi menjadi saluran distribusi informasi yang baik buat demokrasi, karena memungkinkan keragaman kepentingan terkomunikasikan melalui berbagai platform. Namun di sisi lain, ancaman informasi yang menyesatkan, berupa hoaks, ujaran kebencian dan hasutan tersebut juga mengisi ruang-ruang sipil yang berpotensi mengancam demokrasi,” ujar Hana.
Kata Hana, The Asia Foundation bekerja sama dengan pemerintah baik di tingkat nasional maupun daerah, termasuk KPU dan Bawaslu serta berjejaring dengan Organisasi Masyarakat Sipil dan kelompok-kelompok masyarakat untuk memerangi berita hoaks.
“The Asia Foundation percaya bahwa memastikan lingkungan digital yang sehat sangat dibutuhkan untuk mendorong demokrasi Indonesia yang lebih kuat, dan ini membutuhkan upaya bersama dari seluruh komponen bangsa, termasuk pemerintah dan masyarakat sipil,” tegas Hana.
Sistem rekomendasi konten TikTok atau kita kenal dengan FYP, dan praktik pengumpulan data yang invasif disebutkan menimbulkan bahaya bagi pengguna anak muda.
Membagikan isi chat WhatsApp kepada rekan kerja, alih-alih sebagai bahan obrolan, hal ini justru akan dengan cepat membongkar aib dan permasalahan kita sendiri.