Baru-baru ini media sosial digemparkan dengan informasi mengenai wafatnya anak berusia 4 tahun, warga Desa Habi, Kecamatan Kangae, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT). Bocah itu meninggal akibat digigit anjing rabies beberapa waktu lalu dan meninggal pada Senin (8/5/2023).
Berdasarkan hasil pemeriksaan Laboratorium Balai Besar Veteriner Denpasar, memang betul ditemukan bahwa anjing tersebut positif rabies. Direktur RSUD Tc Hillers Maumere, dr. Clara Francis mengatakan, bocah korban gigitan anjing rabies itu dirujuk ke rumah sakit tempatnya bekerja pada Sabtu (29/4/2023), dengan keluhan demam, mual, serta muntah.
Dilansir dari Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes), rabies dapat disebut penyakit anjing gila dan merupakan penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat (otak), yang disebabkan oleh virus rabies. Penyakit ini merupakan kelompok penyakit zoonosa (zoonosis), yaitu penyakit infeksi yang ditularkan oleh hewan ke manusia melalui pajanan atau Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR), yaitu anjing, kera, musang, anjing liar, kucing.
Data Kemenkes pada 2020 mencatat ada sekitar 150 negara di dunia telah terjangkit rabies, dan setiap tahun ada sekitar 55.000 orang meninggal karena rabies. Kemudian, lebih dari 15 juta orang yang terpajan/digigit hewan penular rabies di dunia, yang terindikasi mendapatkan pengobatan profilaksis Vaksin Anti Rabies (VAR) untuk mencegah timbulnya rabies. Sekitar 40% dari orang yang digigit hewan penular rabies adalah anak-anak di bawah usia 15 tahun.
Karena rabies sudah banyak menimbulkan kesakitan dan menjadi salah satu penyakit paling mematikan di dunia, sangat penting untuk melakukan berbagai upaya untuk mencegah kasus serupa terjadi. Salah satu upaya pencegahan adalah dengan program vaksinasi.
Apakah vaksin rabies untuk anjing diperlukan?
Dilansir dari AZ Animals, tiap negara memiliki kebijakan atau undang-undang tersendiri mengenai vaksinasi rabies. Di Amerika Serikat misalnya, ada empat empat vaksin inti untuk anjing.
Vaksin inti adalah vaksin yang diwajibkan secara hukum untuk setiap anjing. Selain vaksin rabies, vaksinasi inti lainnya untuk anjing diberikan dalam satu suntikan yang disebut DAP, yang merupakan singkatan dari Distemper, Adenovirus (hepatitis anjing), dan Parvo.
Anjing juga membutuhkan vaksinasi layaknya manusia. Tujuannya adalah untuk melindungi anjing dari penyakit tertentu, sekaligus mencegah penularan penyakit dari anjing ke manusia.
Vaksin ini juga dianggap penting, karena sejauh ini tidak ada tes yang dapat dilakukan pada orang yang hidup atau hewan untuk mengetahui apakah mereka terinfeksi. Tidak ada juga pengobatan yang efektif 100 persen menghentikan virus begitu gejala muncul.
Berapa lama vaksin rabies baik untuk anjing?
Antibodi dari vaksin rabies berkurang seiring waktu, yang berarti vaksin kehilangan kemanjurannya. Inilah sebabnya mengapa anjing akan membutuhkan suntikan booster vaksin. Setelah booster satu tahun awal pertama, jadwal umumnya bergerak ke setiap tiga tahun untuk mempertahankan kekebalan rabies. Apa yang terjadi jika anjing melewatkan suntikan lanjutan?
Jika anjing melewatkan suntikan lanjutan, tidak ada jaminan bahwa ia akan terlindungi dari patogen menular, seperti virus dan bakteri. Kemungkinan besar sebagian besar peternakan ataupun penitipan hewan juga tidak akan menerimanya sampai menjalani vaksinasi primer lagi.
Maka dari itu, menjaga kesehatan hewan peliharaan seperti anjing sangatlah penting. Selain mencegah penyakit pada hewan kesayangan, cara ini ampuh mencegah penularan penyakit dari hewan ke manusia.
Meskipun persentasenya sangat kecil, angka ini masih setara dengan ratusan ribu kasus kanker usus besar di kalangan anak-anak dan dewasa muda setiap tahunnya.