Audrey Tang: Teknologi Cukup Jadi Penerjemah, Solusi Ada pada Manusia
TEKNOLOGI DIGITAL
Nov 16 2025, 18.11
Menteri Digital Taiwan 2022-2024, Audrey Tang, menekankan bahwa manusia sebenarnya sudah punya kecerdasan kolektif yang sangat kuat untuk menyelesaikan masalah sosial dan digital. Menurutnya, manusia tidak harus bergantung pada kecerdasan buatan (AI) tingkat tinggi untuk memperbaiki persoalan masyarakat.
“Kita manusia adalah super intelijen. Kita tidak membutuhkan super intelijen mesin untuk memperbaiki masalah kita,” kata Tang saat berbicara di Social Good Summit, di Lanson Place MOA, Manila, Filipina, Minggu (16/11).
Tang menjelaskan bahwa ketika masyarakat yang paling terdampak, misalnya korban penipuan online, kecanduan digital, atau hubungan palsu di internet diajak berdiskusi dalam kelompok, mereka mampu menghasilkan solusi yang masuk akal.
Masalahnya, lanjut dia, solusi itu sering kali tertutup oleh suasana internet yang penuh amarah dan perdebatan, sehingga suara publik yang jernih sulit terdengar.
Maka dari itu, Tang mengusulkan bahwa memanfaatkan teknologi cukup secara sederhana. Teknologi tidak perlu memberikan jawaban, tetapi membantu menerjemahkan perbedaan cara pandang antar kelompok.
“Misalnya, satu kelompok menyebutnya keadilan iklim, kelompok lain menyebutnya tanggung jawab menjaga ciptaan Tuhan. Teknologi dapat membantu menjembatani kedua pandangan itu dan menemukan titik temu,” jelasnya.
Dari titik temu itu, lanjut dia, masyarakat bisa membuat garis batas bersama, apa yang mereka setujui dan apa yang mereka tolak. Menurut Tang, cara ini lebih cepat dan lebih murah dibanding survei tradisional. Menurutnya, Taiwan mulai bekerja sama dengan lembaga di Amerika Serikat untuk mempraktikkannya di seluruh wilayah pemilihan.
Tang mengakui bahwa platform digital sering memanfaatkan kemarahan dan konten ekstrem untuk membuat orang terus menggulir layar. Inilah yang membuat masyarakat terjebak polarisasi. Namun, ia tetap optimistis bahwa metode diskusi publik jauh lebih dapat membantu mengurangi perpecahan.
Menurut Tang, ketika demokrasi diperkuat, masyarakat juga dapat membangun daya tahan terhadap serangan digital, seperti memiliki “antibodi” terhadap disinformasi. Model ketahanan ini, kata Tang, dapat dibagikan ke negara lain yang menghadapi tekanan serupa.