Teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) kini semakin canggih dan praktis. Salah produk dari AI ini adalah ChatGPT, sebuah chatbot pintar yang bisa menjawab berbagai pertanyaan dengan baik dalam bentuk teks.
Namun demikian, kepintaran dari ChatGPT OpenAI ini ternyata tidak bisa menggantikan dokter, karena chatbot yang semakin canggih gagal mendiagnosis secara akurat sebagian besar kasus hipotesis pediatrik.
Temuan ini merupakan bagian dari studi baru yang diterbitkan di JAMA Pediatrics pada awal Januari, yang dilakukan oleh para peneliti dari Cohen Children's Medical Center di New York.
Dilansir dari laman Mashable Southeast Asia, para peneliti menganalisis respons bot terhadap permintaan diagnosis medis penyakit anak dan menemukan bahwa bot tersebut memiliki tingkat kesalahan sebesar 83 persen di seluruh pengujian.
Penelitian ini menggunakan apa yang dikenal sebagai tantangan kasus pediatrik, atau kasus medis yang awalnya diposting ke sekelompok dokter sebagai peluang pembelajaran (atau tantangan diagnostik) yang melibatkan informasi yang tidak biasa atau terbatas.
Selain itu, para peneliti mengambil sampel dari 100 tantangan yang dipublikasikan di JAMA Pediatrics dan NEJM antara tahun 2013 dan 2023.
Dalam temuan, ChatGPT memberikan diagnosis yang salah untuk 72 dari 100 kasus eksperimental yang diberikan, dan menghasilkan 11 jawaban yang dianggap "berhubungan secara klinis" dengan diagnosis yang benar tetapi dianggap terlalu luas untuk menjadi benar.
Kemudian, para peneliti mengaitkan sebagian kegagalan ini dengan ketidakmampuan AI generatif untuk mengenali hubungan antara kondisi tertentu dan keadaan eksternal atau yang sudah ada sebelumnya, yang sering kali digunakan untuk membantu mendiagnosis pasien dalam lingkungan klinis.
Misalnya, ChatGPT tidak menghubungkan "kondisi neuropsikiatri" (seperti autisme) dengan kasus kekurangan vitamin dan kondisi berbasis diet ketat lainnya yang umum terjadi.
Studi ini menyimpulkan bahwa ChatGPT memerlukan pelatihan berkelanjutan dan keterlibatan profesional medis yang memberi makan AI bukan dengan sumber informasi yang dihasilkan internet, yang sering kali menghasilkan informasi yang salah, namun berdasarkan literatur dan keahlian medis yang telah diperiksa.
Kemudian, keterbatasannya saat ini menunjukkan bahwa chatbot tercanggih sekalipun di pasar publik belum mampu bersaing dengan seluruh keahlian manusia.