Survei: Gen Z Sering Dapat Reputasi Buruk di Kantor
EKONOMI & BISNIS
May 19 2023, 04.40
Kehadiran Generasi Z dalam dunia kerja ternyata kerap mendapat reputasi buruk di kantor. Generasi Z adalah kelompok masyarakat yang lahir pada 1997 sampai dengan 2012.
Menurut survei baru-baru ini terhadap 1.300 manajer, tiga dari empat setuju bahwa Gen Z lebih sulit untuk diajak bekerja sama dibandingkan generasi lain. Dengan demikian, 65% pemberi kerja mengatakan bahwa mereka lebih sering harus memecat mereka.
Survei juga mengatakan, satu dari delapan telah melepaskan Gen Z kurang dari satu minggu setelah tanggal mulai mereka bekerja di perusahaan. Hasil riset ini sesuai dengan para manajer di seluruh AS dan di berbagai industri, yang melaporkan bahwa karyawan muda sulit untuk ditangani, terutama dalam hal bahasa.
"Saya merasa agak bingung dengan apa yang bisa dan tidak bisa saya katakan," kata Peter, seorang manajer yang berbasis di New Jersey di industri perhotelan, seperti dilansir melalui laman New York Post.
Kemudian, manager lainnya bernama Alexis McDonnell, pembuat konten yang mengelola karyawan Gen Z di sebuah perusahaan teknologi di Dallas mengatakan, perbedaan terbesar yang ia perhatikan antara Gen Z dengan generasi lainnya adalah pada profesionalisme.
“Saya pikir pandemi memiliki peran besar dalam hal itu karena bagi mereka semua, ini adalah pekerjaan pertama mereka setelah lulus kuliah dan tahun-tahun terakhir mereka dihabiskan dari jarak jauh,” kata McDonnell.
Berikut beberapa fakta lainnya mengenai perilaku Gen Z.
1. Cara berkomunikasi buruk
Faktanya, 36 persen responden survei mengakui bahwa keterampilan Gen Z dalam berkomunikasi sangatlah buruk di antara karyawan dari generasi lainnya.
"Mereka menunjukkan perilaku di kantor yang aneh dan cenderung sama. Salah satu contohnya banyak yang meminta merahasiakan nama mereka karena alasan privasi," lanjut Peter.
Sedangkan dalam sebuah perusahaan, data diri seperti nama merupakan satu hal yang lumrah. "Mereka tidak tahu bagaimana berperilaku dalam lingkungan bisnis. Saya diajari bagaimana sebuah kantor beroperasi, apakah itu berurusan dengan hierarki atau hanya hal sederhana," kata Peter lagi.
Selain itu, pada riset menemukan fakta bahwa 36% responden survei melaporkan keterampilan komunikasi yang buruk di antara karyawan muda mereka.
2. Kurang konsentrasi
Keluhan utama lainnya adalah gangguan konsentrasi. 36% manajer setuju bahwa Gen Z sulit berkonsentrasi. Para manajer mengakui bahwa mereka lebih sering menggunakan ponsel mereka.
“Ketika saya memanggil tim, lebih sering kita melihat mereka menggunakan ponsel mereka. Jika kami memanggil mereka, itu seperti rusa di lampu depan, dan Anda bisa tahu bahwa mereka tidak memperhatikan,” kata Alexis.
3. Kurang berusaha
Dalam studi tersebut, 37% manajer juga menyalahkan karyawan Gen Z mereka karena kurang berusaha.
“Setiap kali seorang pelanggan datang bahkan mendekati waktu tutup, mereka akan melakukan apa saja untuk membuat orang itu keluar dari kantor lebih cepat,” kata Peter.
4. Banyak menuntut
Kemudian, banyak bos juga melaporkan bahwa meskipun Gen Z adalah anak baru di perusahaan, banyak dari mereka menuntut ketentuan khusus. Faktanya, 21% manajer melaporkan bahwa hak menjadi masalah dengan karyawan baru.
Para Gen Z juga cenderung ingin dibebaskan soal kapan dan bagaimana cara mereka bekerja. Pola pikir yang seperti ini sangat berbeda dengan generasi milenial dan generasi sebelumnya.
"Saat memulai pekerjaan baru, Gen Z lebih cenderung punya ekspektasi yang sangat berbeda," ujar Matthew Dearden, pekerja di bidang pengawasan karyawan Gen Z di Universitas Ohio.
Nathan Punwani, seorang dokter dari Arizona yang bekerja dengan penduduk Gen Z, mengatakan kepada The Post bahwa sikap ini bahkan menjalar ke bidang medis.
“Mereka mulai benar-benar menanyakan hal-hal seperti, 'Oh, saya tidak ingin menemui pasien.' Padahal, kata Nathan, Ketika dirinya pernah berada di posisi mereka, ia tidak akan pernah berkata demikian.
5. Mudah tersinggung
Faktanya, 35% mengatakan pekerja Gen Z terlalu mudah tersinggung. Menurut Danny, seseorang yang bekerja di bidang pemasaran dan mengelola tiga karyawan Gen Z di Chicago mengatakan bahwa dibutuhkan sedikit lebih banyak kesabaran untuk menghadapi mereka.
“Anda harus berhati-hati karena menurut saya mereka sedikit lebih rapuh dan sensitif. Dan Anda harus menghadapi sikap mereka jika mereka tidak menerima umpan balik dengan baik," ujarnya.
Faktanya, survei Deloitte tahun 2022 menemukan bahwa, meski baru saja memasuki dunia kerja, 37% Gen Z mengatakan bahwa mereka telah menolak pekerjaan atau tugas berdasarkan etika pribadi mereka.
"Karyawan Gen Z kami mendominasi budaya kami dengan fundamentalisme keadilan sosial," kata Matt, pemimpin organisasi nirlaba di Colorado yang merahasiakan nama belakangnya.