Dismorfik Tubuh Enam Kali Lebih Umum Terjadi Pada Remaja Perempuan
GAYA HIDUP
Mar 26 2024, 08.49
Body Dysmorphic Disorder (BDD) atau dismorfik tubuh, sebuah kondisi gangguan mental yang menyebabkan pengidapnya tidak dapat berhenti memikirkan kekurangan yang dirasa terdapat dalam fisik maupun penampilan, mempengaruhi banyak remaja.
Dilansir dari Medical Daily, studi terbaru mengatakan bahwa gangguan dismorfik tubuh ini enam kali lebih umum pada anak perempuan daripada anak laki-laki.
BDD mengubah persepsi seseorang tentang tubuh dan penampilan mereka, serta menghasilkan pikiran dan emosi negatif yang secara signifikan berdampak pada kualitas hidup. Meskipun kondisinya sangat melumpuhkan dan biasanya bertahan jika tidak diobati secara efektif, BDD sering tidak terdeteksi dan tidak diobati pada masa muda.
"Karena orang muda dengan BDD cenderung tidak secara spontan mengungkapkan gejala mereka kecuali ditanya secara langsung, sangat penting bahwa dokter menggunakan alat skrining BDD dan bertanya kepada orang muda secara langsung tentang masalah penampilan," kata peneliti utama Georgina Krebs, seorang profesor psikologi di University College London.
Studi ini menganalisis data dari lebih dari 7.600 anak-anak dan remaja yang merupakan bagian dari survei kesehatan di Inggris. Survei tersebut mencakup pertanyaan mengenai apakah anak tersebut pernah mengalami kekhawatiran tentang penampilan mereka. Responden yang menjawab "sedikit" atau "banyak" menjalani pemeriksaan tambahan untuk gangguan dismorfik tubuh (BDD).
Menurut hasil yang diterbitkan dalam Journal of the American Academy of Child and Adolescent Psychiatry, BDD mempengaruhi 1,8% anak perempuan dibandingkan dengan 0,3% anak laki-laki.
Para peneliti mencatat bahwa sekitar 70% anak muda yang didiagnosis dengan BDD juga mengalami setidaknya satu gangguan psikologis lainnya, seperti kecemasan (59%) dan depresi (32%).
"Pemeriksaan untuk BDD pada orang muda dengan gangguan kecemasan dan depresi, komorbiditas yang paling umum kemungkinan akan meningkatkan deteksi," kata Krebs.
Kemudian, sekitar setengah (46%) orang dengan BDD melaporkan kasus self-harm atau upaya bunuh diri, dibandingkan dengan hanya 8% di antara mereka yang tidak memiliki gangguan tersebut.
Berikut adalah beberapa tanda-tanda BDD:
1) Pikiran berlebihan tentang "cacat" tubuh yang mungkin tidak dianggap signifikan oleh orang lain.
2) Berulang kali memeriksa penampilan di cermin atau selfie dan mengalami serangan panik ketika melihat kekurangan yang mereka rasakan.
3) Perasaan malu atau jijik tentang tubuh dan rasa takut atau cemas berpikir bahwa orang lain sedang menatap, menilai, atau mengolok-olok tubuh mereka.
4) Pasien dapat mencari prosedur medis berulang, seperti operasi kosmetik, untuk "memperbaiki" kekurangannya. Kemudian, juga memiliki pikiran melukai diri sendiri atau bunuh diri terkait dengan penampilan tubuh.
Meskipun mekanisme pasti yang memicu kondisi tersebut tidak diketahui, para ahli percaya bahwa faktor-faktor seperti genetika, struktur otak, pengaruh budaya, dan riwayat pengalaman masa kecil yang merugikan termasuk pelecehan, pengabaian, atau intimidasi dapat meningkatkan risiko mengembangkan kondisi tersebut.