Kemenkes: Imunisasi Ganda Tidak Menyebabkan Kematian

blog_10

LAINNYA

Jun 30 2024, 08.40

Imunisasi dengan lebih dari satu jenis antigen vaksin yang disuntikkan dalam sekali kunjungan tidak menyebabkan kematian langsung pada anak. Pemberian imunisasi yang dikenal dengan istilah imunisasi ganda ini justru memberikan perlindungan ganda pada anak. 

Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan Prima Yosephine,  menjelaskan, suntikan imunisasi ganda sudah diterapkan di lebih dari 160 negara, tidak hanya di Indonesia saja.

“Imunisasi ganda tidak menyebabkan kematian. Miliaran vaksin telah diberikan dengan cara imunisasi ganda di seluruh dunia,” jelas Prima dilansir dari laman resmi Kementerian Kesehatan.

Merujuk rekomendasi Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), imunisasi ganda aman dan memberikan manfaat yang sangat baik karena pelayanan imunisasi akan menjadi efisien, yang mana seorang anak akan segera terlindungi dari beberapa Penyakit yang dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) dalam satu kali kunjungan. 

“Lebih dari 160 negara memberikan minimal dua suntikan dalam satu sesi imunisasi dalam jadwal imunisasi rutinnya, termasuk Amerika Serikat, Jepang, Inggris, dan Kanada. Di Indonesia sendiri, di Provinsi Yogyakarta, imunisasi ganda di Provinsi Yogyakarta sudah diterapkan sejak tahun 2007,” jelas Prima.

Secara nasional, Indonesia telah memperkenalkan pemberian imunisasi ganda sejak 2017, yaitu pada jadwal imunisasi DPT-HB-Hib-3 yang diberikan bersamaan dengan imunisasi polio suntik Inactivated Poliovirus Vaccine/IPV pada bayi usia 4 bulan. 

Selain itu, jadwal imunisasi ganda juga ada pada imunisasi lanjutan, yakni pada pemberian imunisasi campak rubella-2 dan DPT-HB-Hib-4 yang diberikan pada anak usia 18 bulan. 

Vaksin DPT-HB-HiB diberikan guna mencegah 6 penyakit, antara lain difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, serta pneumonia (radang paru) dan meningitis (radang selaput otak) yang disebabkan infeksi kuman Hib. 

Adapun kasus kematian setelah pemberian imunisasi, menurut Prima, amat sangat jarang (extremely rare) terjadi. Apabila terjadi, maka semua kasus tersebut harus dilakukan investigasi dan kajian kausalitas– hubungan sebab akibat– secara detail dan menyeluruh. 

“Sampai saat ini data menunjukkan, mayoritas kasus-kasus tersebut adalah kejadian koinsidental– Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang tidak disebabkan oleh vaksin maupun kesalahan prosedur,” pungkas Prima. 

 

Penulis : Doddy Rosadi

Editor : Doddy Rosadi


RELATED ARTICLES AND VIDEOS

Generic placeholder image

Perkuat Sistem Kesehatan, Pemerintah Terbitkan Aturan Pelaksana UU Kesehatan

LAINNYA

Jul 30 2024, 09.12

Pengesahan Peraturan pemerintah ini merupakan salah satu langkah dari transformasi kesehatan.


Generic placeholder image

Menkes Pastikan Urus STR Tenaga Medis dan Kesehatan Kini Gratis

LAINNYA

Jun 14 2024, 14.41

Persyaratan pengenaan tarif Rp0 ini khusus untuk tenaga medis dan tenaga kesehatan yang sudah memiliki STR sebelumnya dan ingin mengubahnya menjadi STR seumur hidup.


Generic placeholder image

Makanan Ini Cocok Dikonsumsi Saat Cuaca Panas

GAYA HIDUP

Oct 13 2023, 13.03

Sejumlah makanan kaya air dan nutrisi yang tak hanya mampu meningkatkan stamina, namun juga tingkatkan imun tubuh.


Generic placeholder image

IDAI Rekomendasi Dua Imunisasi Baru untuk Anak

GAYA HIDUP

May 30 2023, 09.27

Dua jenis vaksin ini yakni vaksin dengue untuk penyakit demam berdarah dan vaksin HPV 9 valen untuk kanker serviks.


Generic placeholder image

90% Hepatitis B Ditularkan dari Ibu ke Anak

GAYA HIDUP

May 23 2023, 00.07

Sebanyak 7,1% atau 18 juta masyarakat indonesia terinfeksi hepatitis B.


Copyright Katadata 2022